that's what friends are for
Friday, December 30, 2005 - that's what friends are for
Lagu yang dinyanyikan oleh Dionne Warwick (bibinya Whitney Houston), si Gay Elton John, Stevie Wonder, dan satu lagi yang tidak saya kenal ini menjadi lagu yang sering diputar di jaringan radio dan televisi saat peringatan hari AIDS sedunia beberapa hari yang lalu. Sarinya adalah jangan pernah lupakan teman-teman kita. Karena adakalanya mereka yang akan siap untuk menyingsingkan lengan bajunya untuk menolong kita, membantu kita, meringankan jiwa kita di saat kita membutuhkan pertolongan.
Nah, dengan mengubah sedikit judul lagu itu menjadi "itulah gunanya persaudaraan muslim", saya benar-benar merasakan betapa pentingnya seorang teman dalam jaringan kader yang telah terbentuk dengan ikatan aqidah.
Saya tidak mengenal daerah Palangkaraya, oleh karena itu saya perlu ma'rifatul maydan (pengenalan medan) terlebih dahulu. namun itu tenryata belum cukup. Saya sadari, saya juga perlu ma'rifatul insan (pengenalan manusia). Siapa-siapa saja kader PKS yang berada di daerah sana.
Untuk itu saya kontak terlebih dahulu ke kantor Dewan Pimpinan Pusat PKS yang berada di daerah Mampang. Saya mendapatkan nomor telepon anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Ustadz Budi Santoso. Beliau di calonkan di daerah pilihan yang tidak diprediksikan untuk dapat masuk ke bursa anggota DPRD Provinsi, yaitu Kabupaten Murung Raya. Ternyata dalam pemilu tahun 2004 lalu kabupaten baru tersebut dapat memberikan konstribusi tiga kadernya di DPRD Kabupaten dan satu di Provinsi. Ohya, tiga orang ini berasal dari masyarakat biasa saja, belum pernah mengikuti kegiatan rutin tarbawi.
Dari istri beliau, karena ustadz waktu itu sedang berada di daerah pilihan untuk mengisi masa reses bersama konstituennya, saya mendapatkan nomor telepon kader yang juga berkantor di KPP. Akhirnya saya benar-benar terbantu sekali dengan al-akh ini.
Saya dijemput di bandara Tjilik Riwut, saya diperbolehkan untuk menginap di kamar kostnya, makan bersama, dan menjadi guide bagi saya saat mengelilingi sebagian kecil Palangkaraya. Darinya saya mendapatkan banyak informasi tentang situasi dan perkembangan dakwah di provinsi paling terbelakang di antara provinsi lainnya di pulau Kalimantan.
Walaupun diukur dari masuknya ke jamaah ini, saya jauh mendahuluinya, saya perlu berkaca pada dirinya. Semangatnya yang luar biasa--semangat yang selalu dimiliki oleh para kader daerah yang minim fasilitas, itsarnya yang tinggi, keteduhan wajahnya, kelemahlembutan perkataannya, membuat saya merasa minder dan perlu introspeksi diri.
Esoknya ia pun mengantarkan saya kembali ke Tjilik Riwut. Saya akan pergi ke Purukcahu. Tiket yang telah dipesannya diserahkan kepada saya. Kebetulan pula ia bertemu dengan seorang ustadz yang ternyata akan satu perjalanan dengan saya. Saya diperkenalkannya kepada ustadz itu.
Dari ustadz itu saya mengetahui bahwa ia sudah keliling Kalimantan Tengah ini sebulan lamanya dalam rangka melaksanakan program yang dicanangkan oleh DPP yaitu Program Tebar Da'i. Sebulan lagi ia boleh dipulangkan ke Jakarta. Ia juga bilang ia mempunyai saudara kandung di daerah saya tinggal di Bogor.
Akhirnya penerbangan dengan Cassa itu menjadi akhir pertemuan kami dengan al-akh. Namun setelah berpisah dengannya saya tetap bersama dengan seorang ustadz yang walaupun baru kenal tapi terasa dekat sekali. Sehingga saya merasa bersyukur sekali bahwa dalam perjalanan ini saya ditemui dan ditemani oleh orang-orang sholeh.
Empat puluh menit di langit membuat saya bertambah akrab dengan sang ustadz. Setelah mendarat kami telah ditunggu Ustadz Budi Santoso di bandara kecil Puruk Cahu milik Straits Resources. say pun berkenalan dengan anggota DPRD ini. Sebentar saja, dua ustadz itu lalu meninggalkan saya sendirian. Mereka mengajak saya untuk ikut mobilnya, namun saya menolak dengan halus karena akan dijemput oleh wakil dari perusahaan tambang itu.
Beberapa saat menunggu, utusan perusahaan itu datang dari Jakarta dengan pesawat dari Balikpapan. Ia yang ditugaskan untuk menemani saya dalam peninjauan kali ini. Setelah berbicara kesana-kemari akhirnya saya juga mengetahui bahwa ia sampai saat ini masih mengaji dengan ustadz yang juga mantan anggota DPRD Fraksi PKS di Depok.
Subhanallah. Sekali lagi saya sangat bersyukur sekali bahwa dalam perjalanan kali ini saya benar-benar dilindungi Allah dengan ditemani orang-orang yang baik. Dari merekalah saya banyak mengetahui informasi, saya mendapat banyak pertolongan, dan tentu mereka tidak akan mengajak saya ke tempat-tempat yang salah. Itulah gunanya teman. Itulah gunanya persaudaraan muslim. Itulah gunanya jaringan. Itulah...
Semoga saya mendapatkan hikmah dari pergaulan saya dengan mereka. Kesalehan dan kebaikan mereka menjadi contoh bagi saya untuk berusaha menjadi teman yang baik, teman yang rela berkorban untuk yang lain. Insya Allah.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
11:10 30 Desember 2005
No comments:
Post a Comment