Mengapa Kita Harus Mengutuk Israel La’natullah
Mengapa Kita Harus Mengutuk Israel La’natullah
Saat ini dunia sedang dipertontonkan dengan kebiadaban dan kebengisan dari sebagian bangsa Yahudi di tanah Suci Palestina dan Libanon. Sudah ratusan nyawa melayang sejak penyerbuan Israel ke Libanon tersebut. Bahkan sudah tak bisa terhitung lagi berapa nyawa yang melayang sejak bangsa terkutuk tersebut menginjakkan kakinya di awal abad 20 dan kemudian mendirikan negara Israel di tahun 1948.
Dengan kecanggihan teknologi, tontonan kebengisan itu seperti benar-benar tampak nyata di hadapan kita. Realistis, cepat, dan up to date. Dengan demikian tak sedikitpun yang terlewatkan. Dan dunia pun sadar, terkejut, mengutuk pada apa yang dilakukan Israel—terkecuali para antek-antek dan sekutunya.
Kemarin (01/08), satu halaman penuh, Media Indonesia mempublikasikan foto-foto berukuran besar tentang korban-korban yang timbul atas serangan rudalnya ke bangunan sipil. Begitu banyak korban dari anak-anak dan wanita yang belum sempat mengungsi.
Seorang petugas relawan Libanon sampai menangis melihat keadaan itu di saat melakukan evakuasi. Bagaimana tidak ia melihat seorang anak kecil berumur dua tahun yang pada pakaiannya masih tergantung dotnya. Atau seorang ibu yang meninggal dengan posisi melindungi anak-anaknya. Semuanya tewas tertimpa runtuhan bangunan. Semoga Allah memberikan kesyahidan kepada mereka.
Dunia memang terkejut dengan apa yang menimpa warga sipil Libanon. Dan seharusnya dunia pun lebih terkejut lagi sedari awal dengan apa yang dilakukan Israel di tanah Palestina di mana setiap pekannya berapa nyawa yang harus direnggut dari penduduk Palestina.
Bayi-bayi yang robek perutnya kerana peluru bengis Israel. Ribuan tawanan yang teraniaya di penjara-penjara Israel. Anak-anak yang telah kehilangan keriangan masa kecilnya, kehilangan masa belajarnya, kehilangan ibu dan bapaknya, dan kehilangan masa depannya. Atau mereka yang kehilangan semua anaknya. Mereka yang telah kehilangan suami atau istri dan saudara-sauadaranya yang tercinta. Sungguh dunia harusnya terkejut sejak 1948 atau sejak masa-masa sebelumnya.
Maka sudah sepatutnya kita mengutuk dengan kekejaman Israel tersebut. Dengan nama apa pun ia. Karena dibalik nama yang bagus sekalipun tetap saja ia adalah iblis yang menebarkan bencana dan angkara murka.
Maka sudah sepatutnya kita mengutuk Israel dengan segala kebiadabannya itu. Karena sesungguhnya bagi saya pemaknaan nama menjadi tidaklah penting. Bahkan tidak menyentuh sama sekali substansi dari persoalan dan keharusan umat Islam untuk membantu saudaranya di Palestina dan Libanon. Karena bila kembali kepada salah atau benarnya kutukan terhadap yahudi dengan penyebutan Israel (yang berarti hamba Allah), maka begitu banyak di Indonesia dan di dunia yang memakai nama ’Abdullah berada di penjara karena telah berlaku dzalim dengan melakukan pembunuhan, pencurian, korupsi, menipu, berzina, dan lain sebagainya..
Bahkan ada yang memakai nama terbaik yakni ’Abdurrahman tetapi tingkah lakunya seperti orang yahudi sendiri yang bisanya menusuk dari belakang perjuangan umat di tanah air dengan masalah liberalisme dan sekulerismenya.
Dan sungguh ketika kita mengutuk dan mencela tentang kejahatan dari oknum-oknum pemakai nama-nama terbaik itu, kita sesungguhnya tidaklah sedang mengutuk dan mencela ’Abdullah dan ’Abdurrahman lainnya di Indonesia dan di seluruh permukaan bumi ini sedangkan mereka adalah hamba-hamab Allah yang sebenarnya, yang ta’at, takwa, beriman dan beramal sholeh.
Dan sungguh bukanlah fenomena aneh yang tersebar luas di tengah-tengah kaum muslimin yaitu menyebut negara Yahudi yang dimurkai Allah dengan nama Israel, karena nama itu adalah nama yang tercantum dalam daftar negara pada adminsitrasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Mengapa bisa ia mengklaim nama itu dan umat Islam berdiam diri saja?
Ya jelas karena umat Islam tidak punya harga diri. Umat Islam pada saat ini berada di titik nadir dari kejayaannya. Tidak mampu berbuat apapun ketika di zalimi. Bahkan perang pun kalah, sehingga pada tahun 1948 itu berdirilah negara yang bernama Israel. Dan PBB (tentu dengan Amerika Serikat sebagai sekutu utamanya) pun mengakuinya. Dan jika kita tidak menginginkan nama Israel itu dilekatkan pada bangsa Yahudi maka ”Wahai umat Islam, bersatulah...! Rebut kembali kejayaan itu! Kalahkan Yahudi! Kalahkan musuh-musuh Allah! Maka dengan semua itu, niscaya PBB pun tidak akan semena-mena lagi membiarkan segala kezaliman itu. Nama itu akan kita cabut dari daftar. Dan tidak perlu lagi ada tertulis di peta dunia.
Karena Yahudi Israel tidak punya hak mendirikan Negara di jantung negeri-negeri Islam sebagai hak yang syar’i (memiliki dasar hukum dalam syariat) dengan mengatasnamakan warisan Ibrahim dan Israel.
Karena kita pun mengakui bahwa Alqur’an mencela orang-orang yahudi dan mengutuk mereka dan Allah memberitakan kepada kita tentang kemurkaanNya terhadap mereka dengan sebutan “orang-orang yahudi” atau “orang-orang kafir dari kalangan Bani Israel”.
Karena kita mengakui bahwa orang-orang yahudi tidak memiliki hubungan din sedikitpun dengan Nabiyullah Israel (Ya’qub ‘alaihis salm) juga tidak dengan Ibrahim Khalilullah ‘alaihis shalatu wassalam.Dan mereka tidak memiliki hak sedikitpun atas warisan keagamaan keduanya. Karena warisan tersebut adalah khusus merupakan hak orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman(artinya) :”Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad) serta orang yang beriman kepada (Muhammad) dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman” (Qs.Ali Imran:68).
Dan karena kita pun meyakini dengan iman yang dalam bahwa Allah Ta’ala berfirman dalam rangka melepaskan hubungan kekasihnya Ibrahim dari ikatan hubungan dengan kaum yahudi,nashara dan kaum musyrikin (artinya) :”Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik” (Qs.Ali Imran :67).
Dan karena Kaum muslimin tidak mengingkari bahwa orang-orang yahudi adalah keturunan Ibrahim dan Israel (Ya’qub ‘alaihis salam), tetapi mereka meyakini dengan mantap bahwa orang-orang yahudi itu adalah musuh Allah dan musuh-musuh para utusanNya seperti: Muhammad, Ibrahim, dan Israel. Kaum muslimin memutuskan(berdasarkan hukum syar’i) bahwa tidak bisa saling mewarisi antara para Nabi dan para musuhnya dari kalangan kafirin baik yahudi maupun nashara maupunn musyrikin arab dan yang lainnya, dan bahwa manusia yang paling dekat hubungannya dengan Ibrahim dan semua Nabi adalah kaum muslimin yang beriman kepada mereka,mencintai, dan memuliakan mereka serta mengimani kitab-kitab dan shuhuf yang diturunkan kepada mereka . Kaum muslimin memandang perkara ini sebagai salah satu prinsip dalam agama mereka. Karena itu merekalah pewaris para Nabi dan manusia yang paling dekat hubungannya dengan para Nabi. Dan bumi Alllah hanyalah milik hamba-hambaNya yang beriman kepadaNya dan kepada para Rasul yang mulia. Maka musuh-musuh para Nabiitu tidak memiliki warsian bumi-terutama yahudi-di dunia ini dan bagi mereka di akhirat siksa neraka yang abadi.
Dan kita sungguh amat yakin bahwa kita tidak pernah menerima—walaupun masih ada sebagian dari kita yang masih mau—menerima klaim yahudi sebagai ahli waris tanah Palestina dan rencana pemugaran kembali Haikal Sulaiman, padahal kaum Yahudi itu kafir kepada Sulaiman dan melemparkan tuduhan keji kepada Beliau.”apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh;maka di antara mereka kamu dustakan dan yang lain kamu bunuh”(Qs.Al Baqarah:87).
Dan kita pun yakin bahwa sungguh demi Allah, niscaya akan datang suatu hari dimana kaum mu’minin yang benar-benar beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam dan pada para Rasul serta risalah mereka akan menghancurkan kaum yahudi.
Sungguh kami yakin. Insya Allah.
Maka dalam pandangan saya dan sekali lagi ini adalah pendapat saya bahwa hal ini bukanlah suatu perkara mungkar dalam perjuangan kaum muslimin melawan kemungkaran Yahudi Harb atau Israel la’natullah. Bahkan menjadi suatu perkara mungkar di saat kaum muslimin berjuang melawan kezaliman Israel ada sebagian dari kita mencela mereka padahal kita sendiri tidak pernah merasakan debu, keringat, dan darah dari peperangan tersebut. Bahkan menjadi suatu perkara munkar di saat anak-anak di sana menahan sakit dan derita berkepanjangan itu kita tidak mencari solusi tepat untuk membantu mereka malah dengan asyiknya mengejek mereka dan para pembela mereka sebagai pelaku kemungkaran yang wajib diperangi. Masya Allah...
Lalu..... Aina Anta...? Di mana saya, Anda dan kalian akan meletakkan diri sebagai batu karang dari sebuah benteng peradaban Islam yang kukuh, kuat, dan jaya sampai akhir nanti?
Hanya Allah yang tahu segalanya.
Sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah, dan segala kesalahan dari diri saya pribadi.
Mohon maaf tiada terkira.
Maraji: http://10.254.4.4/dshforum/forum_posts.asp?TID=7835&PN=1&TPN=1
Hamba Allah yang dhoif dan miskin ilmu
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
09:39 02 Agustus 2006
No comments:
Post a Comment