18 April 2007

Antara AGIVA, AGV, dan INK

Tuesday, February 7, 2006 - Antara AGIVA, AGV, dan INK




Kemarin sore saya membeli helm bermerek Agiva di sebuah toko kecil di bilangan Lenteng Agung. Toko aksesoris itu memang telah menjadi tempat favorit saya untuk membeli pernak-pernik motor. Selain pelayanannya yang ramah juga harga yang ditawarkan sepertinya bersaing juga.

Sebelum membeli helm itu saya sempat surfing di internet untuk mencari helm apa yang bagus mutunya dan direkomendasikan kepada para pengguna motor. Dan saya menemukannya pada sebuah forum diskusi yang dikelola oleh Honda Tiger Mailing List. Kebanyakan dari mereka setuju bahwa helm bermutu dengan harga yang ekonomis adalah helm bermerek Agiva itu. Harganya pun berkisar 350 ribuan ke atas. Wow…

Nah dari hasil surfing itulah saya berkeinginan untuk membelinya, tapi dalam masalah harga sempat mikir juga sih. Semula saya mau berburu di sepanjang jalan Otista untuk membelinya, karena di sana sudah terkenal dengan harganya yang miring. Tapi berhubung saya tak mempunyai waktu banyak karena pekerjaan yang menumpuk, juga karena saya tak bisa menundanya terlalu lama.

Saya tidak leluasa membonceng Qaulan Sadiidan tanpa ia memakai helm. Maklum helm catoknya yang nonstandar itu ketinggalan. Ia pun tak sempat untuk kembali untuk mengambilnya dan sudah pasti hilang. Jadi ini kesempatan saya untuk dapat membeli helm yang standar untuknya.

Saya bersikeras untuk tidak membeli helm catok yang dihargai cuma dengan dua lembar uang sepuluh ribuan, karena harga kepala kita tidak semurah itu. Nilainya sungguh tiada dapat dibandingkan dengan segala apapun isi bumi dan langit.

Akhirnya dalam perjalanan pulang sore kemarin, saya sempatkan mampir di toko kecil itu. Di sana saya disodori helm bermerek INK dengan harga 350 ribu rupiah. Sedangkan Agiva malah dihargai cuma 165 ribu perak. Loh kok beda banget dengan harga yang saya ketahui di forum diskusi itu. Malah lebih mahal helm bermerek AGV daripada Agiva. Dan kata si penjaga toko itu kualitas AGV jauh di atas Agiva.

Yang jadi pertanyaan adalah helm merek Agiva itu memang bertanda AGIVA di bagian belakang dan atasnya, tapi kenapa plastik pembungkus kaca pelanginya itu bertanda WTC? Apakah Agiva itu memang buatan WTC seperti yang dikatakan sang penjaga atau kaca helmnya saja yang memang buatan WTC? Dan kenapa harganya murah daripada harga yang direkomendasikan di internet?

“Jangan-jangan palsu lagi?” terbersit pertanyaan itu. Tapi berhubung hari sudah menjelang maghrib dan memang saya membutuhkannya segera, ditambah harganya yang tidak mahal-mahal amat, jadi juga saya membelinya.

Saat memakainya saya merasakan suasana yang berbeda dengan waktu memakai helm putih bawaan pabrik motor. Kaca pelanginya lumayan tidak membuat pandangan saya menjadi terhalang. Dan seperti benar-benar tanpa kaca, bening. Cahaya yang masuk pun dapat dikurangi. Juga dengan kerapatannya membuat suara sekeliling yang masuk ke telinga berkurang banyak. Ini memungkinkan saya lebih berkonsentrasi dalam berkendara. (Benar nggak sih, atau ini cuma karena masih baru?)

Untuk membuktikannya tinggal tunggu saja waktunya. Dengan itu saya bisa menilai Agiva yang saya pakai ini bermutu atau tidak. Juga apakah ia asli atau palsu. Dan apakah pameo kuno “ada harga ada rupa” berlaku juga pada merek ini. Atau dari pembaca ada yang lebih tahu tentang Agiva?



riza almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

14:32 07 Februari 2006

No comments: