18 April 2007

ABB: IKON PERLAWANAN TERHADAP HEGEMONI AS

ABB: IKON PERLAWANAN TERHADAP HEGEMONI AS



Kemarin (Rabu, 14/06), Ustadz Abu Bakar Ba'asyir (ABB) keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang setelah menjalani hukuman penjara selama 2 tahun 6 bulan potong remisi 4 bulan dalam tuduhan terkait dengan peledakan Bom Bali I dan Bom Marriot.

Tuduhan yang menjadi dakwaan itu pun masih saja disematkan oleh banyak media nasional kepadanya pada saat ini ketika memberitakan pembebasannya. Padahal kalau mereka tidak lupa-atau memang disengaja dilupakan oleh mereka-bahwa dakwaan yang menjadi dakwaan primer yakni terkait dengan peledakan bom bali itu tidak terbukti di persidangan.

Yang membuatnya ditahan adalah karena dakwaan subsidernya yaitu pembuatan Kartu Tanda Penduduk yang tidak sesuai dengan ketentuan dan melanggar Undang-undang Keimigrasian. Dakwaan yang bisa saja menimpa banyak orang di Indonesia karena bukan rahasia umum lagi kalau penduduk Indonesia masih banyak yang memiliki KTP ganda dan tidak melalui prosedur yang sebenarnya.

Jelas sudah bahwa penahanannya adalah benar-benar pesanan dan di bawah tekanan dari negara-negara yang mengaku paling demokrasi, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terutama Australia sebagai kaki tangan setianya. Walaupun hal ini dibantah dengan keras oleh pemimpin pada dua masa pemerintahan terakhir republik ini.

Tekanan yang pada akhirnya berhasil membuat sebuah detasemen kepolisian antiterorisme dengan nama Detasemen 88-Angka 88 ini diambil dari jumlah korban warga Australia pada saat Bom Bali I. Yang juga bisa dituntut oleh semua pihak dengan pertanyaan: "memang yang menjadi korbannya warga Australia saja?"

Pu ini adalah tekanan yang membuat sebagian mata buta dengan kondisi yang diderita oleh ABB pada saat ia akan ditahan. Walaupun ia masih benar-benar sakit dan dalam perawatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Solo, ia tetap diangkut dengan paksa seperti pesakitan atau hewan buas yang akan membuat kerusakan. Dalam perjalanan ke Jakarta pun ia tidak diperbolehkan untuk buang air kecil. Sungguh ini adalah suatu kezaliman.

Padahal banyak sekali para koruptor di negeri ini hanya bermodalkan secarik surat keterangan dokter atau vonis kesehatan seperti kerusakan otak permanen masih dapat berleha-leha menikmati udara bebas. Dan tidak mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang dialami oleh ABB. Lagi-lagi hukum ditegakkan kepada orang-orang yang tidak berduit dan tidak berdaya.

Namun kini pembebasannya disambut dengan gembira, tidak hanya oleh santrinya tapi juga oleh banyak tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Kepulangannya dikawal dan disambut oleh ratusan santri di Ngruki, Solo.

Saat tiba di sana ia memberikan tausyiah pertamanya di pesantren AlMukmin. Ia menegaskan kembali bahwa garis perjuangan yang ditempuh oleh Nurdin M Top adalah salah atau keluar dari jalur yang sebenarnya. Yang benar adalah dengan dakwah yakni menyebarkan nilai-nilai Islam yang benar kepada masyarakat. Dan ia tegaskan bahwa inilah yang dibenci oleh Amerika dan musuh-musuh Islam.

Pernyataan yang tegas dan membuktikan dirinya masih sebagai ikon perlawanan terhadap hegemoni AS sebagai negara superpower dan superzalim. Di dalam tubuhnya yang ringkih masih ada api perlawanan terhadap ketidakadilan yang dialami oleh dunia Islam. Dan masih ada semangat membara dalam upaya penegakan syari'at islam di muka bumi Indonesia ini.

Kini ia akan kembali mengajar di pesantrennya. Sebagaimana jawaban atas pertanyaan dari para wartawan saat ditanya apa yang akan ia lakukan setelah pulang dari penjara. Ya, mengajar dan mendidik kader-kader yang terus dan selamanya akan memperjuangkan umat Islam terlepas dari setiap kezaliman yang menimpanya. Dan dalam penegakan syariat Islam yang rahmatan lil'alamin di tanah air ini. Semoga.



*****

Adzan shubuh bergema, saya matikan liputan 6 pagi itu. Ada bening-bening di mata, seperti bening-bening dulu kala saat beliau di tarik dan dibawa paksa dari rumah sakit. Sungguh bencana apa lagi yang akan menimpa negeri ini ketika banyak ulama yang dihina dan dicaci maki. Allohua'lam bishshowab.



riza almanfaluthi

saat ada uneg-uneg yang membuncah

07.30 s.d. 08:28

15 Juni 2006

No comments: