19 April 2007

MADE IN SAUDI ARABIA

MADE IN SAUDI ARABIA

Kurang lebih enam belas tahun yang lalu, di saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas dua, saya mendapatkan hadiah dari seorang paman yang baru saja kembali dari bekerja di Arab Saudi. Hadiahnya berupa roll-On perfume seukuran pulpen yang biasa saya pakai. Yang istimewa dari parfum ini adalah wanginya—yang menurut saya—sangat luar biasa harumnya. Lembut dan—kata orang Jawa—ngangeni (dirindui).
Saya sungguh merasakan kebahagiaan luar biasa saat mendapatkan hadiah itu. Alhasil saya pun selalu memakainya setiap pagi. Bahkan saya membawanya ke sekolah agar saya senantiasa tetap wangi sepanjang hari. Agar semua orang tahu bahwa saya memakai parfum dari luar negeri: Made in Arab Saudi. Kalau perlu bikin pengumuman di papan majalah dinding, nih Riza pake parfum oiy...!!! Maklum masih norak. (Ke...ke...ke...)
Tapi lama kelamaan parfum ini habis juga. Akhirnya saya meminta kepada Ibu untuk mengingatkan sang paman kalau pulang lagi ke tanah air agar membawakan saya parfum yang sama.
Di tengah-tengah penantian bertahun-tahun, sang paman pun kembali saat saya sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kali ini ia tidak membawa parfum itu, yang ia bawa dan dihadihkannya kepada saya adalah sebuah kalkulator FX merek Jepang dan sebuah jam tangan berwarna kuning emas. Dua hadiah ini sangat berguna sekali bagi saya, karena kalkulator itu memang sangat dibutuhkan pada waktu itu untuk membantu penyelesaian soal-soal matematika. Sedangkan jam tangan bisa membantu menaikkan nilai dari penampilan saya yang sudah pas-pasan ini, maklum saat itu saya sudah puber. (Hi...hi...hi...).
Tapi tetap saya memendam kekecewaan, karena parfum yang saya idamkan bertahun-tahun itu tidak kunjung saya dapatkan. Saya berharap sang paman tidak melupakan permintaan saya ini suatu saat kelak. Atau kalau perlu tidak usah menunggu kembalinya sang paman agar bisa mendapatkan parfum itu. Kalau saya ada uang saya mungkin bisa membelinya. Tapi tak pernah kesampaian juga.
Saat saya di kampus, dengan banyaknya kegiatan, saya hampir saja melupakan wangi parfum itu. Tetapi dalam kesendirian, ketika kerinduan kepada kampung halaman begitu membuncah, saya pun kembali teringat aromanya.
Pun di saat saya sudah bekerja dan diberikan Allah rezeki dan kehidupan yang lapang, saya masih berusaha mencari wangi khas itu di kala saya berkunjung ke supermarket atau mal.
Namun saat saya ditanya oleh pramuniaga, merek apa, wangi yang seperti apa, saya tidak bisa menjawab karena saya sudah benar-benar lupa merek dari parfum itu (mereknya bertuliskan huruf Arab yang tidak pernah saya ingat). Dan wanginya itu pun tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Hidung saya masih menolak setiap parfum yang disodorkan kepada saya. Bukan ini. Bukan itu.
Di lapak-lapak kaki lima yang menjual parfum nonalkohol, saya pun sudah mencarinya. Ada parfum yang hampir menyamai wanginya: wangi misk. Tapi saya masih kurang sreg. Sepertinya ada sesuatu yang gimana gitjcu... Di toko Arab yang menjual bibit minyak wangi sepanjang Condet pun tak bisa saya temukan.
Ya sudah, enam belas tahun berlalu. Parfum itu tidak menjadi dominan dalam pemikiran saya. Tapi setidaknya wanginya masih saya ingat. Tapi pagi ini Allah berkehendak lain.
Seorang teman datang ke tempat saya bersilaturahim dan menyerahkan sebuah benda kecil. ”Ini untuk mas Riza, ini untuk Ibu Linda, dan ini untuk Pak Pinem,”katanya.
”Wah surprise...ternyata di tengah kesibukannya Ibu masih ingat kami-kami yang sudah pindah ini,”sambil membayangkan sosok atasan saya dulu yang baru saja pulang dari tanah suci.
”Terimakasih, ya...”
Sesaat setelah saya mendistribusikan amanah, saya memperhatikan kotak berbentuk segitiga itu. Di sana tertulis: DALAL, Roll on Concentrated Perfume. Pelan-pelan saya buka. Saya keluarkan isinya. Sebuah botol seukuran jari telunjuk berisi parfum. Saya buka tutupnya dan saya dekatkan ke hidung saya.
Masya Allah...! Simpul-simpul saraf untuk membaui sesuatu telah bekerja. Dan ingatan saya langsung online dengan aroma 16 tahun yang lalu itu. Subhanallah...inilah parfum yang saya cari, yang saya rindukan, yang saya idam-idamkan sejak dulu kala (halah...kayak lagu saja).
Sungguh rezeki yang Allah berikan tidak akan kemana, parfum made in Saudi Arabia adalah buktinya bagi saya. Saya yang sudah bertahun-tahun berusaha mencari kemana-mana dan hasilnya nihil akhirnya dengan mudahnya Allah memberikan jalan kepada saya agar bisa menikmati wangi itu dengan cara yang begitu ringannya. Yaitu dengan sebuah upaya yang dilakukan oleh seorang hamba-Nya untuk melaksanakan sebuah sunnah nabi berupa pemberian hadiah.
Hadiah adalah merupakan pemberian yang dianjurkan secara syariat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda: ”Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencinta. (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad, No. 594. Ibnu Hajar berkata, ”Sanadnya shahih”).
Terimakasih Bu, karena telah membuat saya bisa mengenang masa lalu yang hampir terlupakan (oh ya, saat saya menulis ini pun wangi itu sudah melekat di baju saya, karena saya sudah mencobanya.)
Terimakasih Bu, karena telah memberikan saya pedoman buat saya di kala parfum ini habis, sehingga dengan mudahnya saya nanti bisa menyebut merek parfum yang bagus itu kepada paman saya yang sampai saat ini masih di sana dan terutama pula kepada para penjual parfum.
Terimakasih Bu, membuat saya semakin mencintai wangi-wangian yang dianjurkan Teladan kita. Terimakasih Bu, semoga Allah memberikan balasan yang terbaik buat Ibu, dunia dan akhirat.


***
Thanks to Ibu Leli atas hadiah spesialnya. Dan Mr TJ yang telah mengantarnya.

Maraji: Naro, Armen Halim. ( 2006). Hukum Seputar Suap dan Hadiah.




riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
riza.almanfaluthi@pajak.go.id
11:54 30 Januari 2007

No comments: