19 April 2007

CINTA YANG TAK LAPUK

Seperti biasa jelang acara perpisahan, atasan meminta saya untuk membuat untaian kata buat diselipkan pada gift yang akan diberikan. So, saya cuma bisa membuatnya seperti ini:


Teruntuk: Bapak Djalintar Sidjabat


Kencangnya masa berputar membuat tiada kesadaran pada kami bahwa perpisahan adalah suatu keniscayaan dari sebuah pertemuan. Hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, hingga tahun demi tahun terlampaui untuk sebuah kebersamaan.

Ya, kebersamaan dalam merenda suka dan duka, menyulam keriangan dan kesedihan, menisik benang lara dan bahagia pada sebuah selendang indah bernama Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Tiga. Tentunya di sana ada sebuah jejak yang tertoreh lekat, erat, tak mudah terhapus dimakan zaman. Dan torehan itu merelief di setiap ingatan kami. Ingatan tentang Bapak…

tentang kebersahajaan, kebijaksanaan, keluasan pengetahuan, kehangatan dalam diskusi, teguran tanpa celaan, tanpa otokratis, tanpa wajah memerah menahan amarah, tanpa jarak yang membuat ruang dan waktu sendiri
ah…ingatan tentang Bapak…
Ingatan yang menjadi kenangan. Tak terlupakan seiring saat yang tak akan berhenti menggerus kami.

Duh…seiiring dengannya, teringat pula betapa banyak kesalahan yang telah kami lakukan mengoyak keindahan selendang dan kebersamaan itu. Membuat beban yang sudah menggunung semakin memberat di pundak Bapak. Sungguh sejuta permintaan maaf terucap dari lisan-lisan kami kepada Bapak belumlah cukup untuk melunasinya….Maafkan kami Pak…

Pun, ucapan terima kasih dari lubuk hati kami yang paling dalam kiranya belumlah cukup untuk membalas semua bimbingan, nasehat, saran, kritik Bapak kepada kami. Tapi Pak, tetaplah kami harus berkata:
“Terima kasih telah menjadi orang tua kami”
“Terima kasih telah menjadi guru kami”
“Terima kasih telah menjadi sahabat kami”
“Terima kasih telah menjadi saudara kami”
“Terima kasih, Bapak…”

Kini perpisahan adalah matahari yang terbenam di ufuk barat. Bukan sesuatu yang nisbi. Telah jelang di depan pintu. Membuat garis pemisah.
Tapi bukanlah suatu kemutlakan bahwa hati-hati kami lalu berjarak dan tersekat-sekat untuk melupakan semuanya itu dengan Bapak di tempat baru. Tidak Pak…Tidak…
Tapi bahkan menjadi eratnya hati-hati di antara kita, Pak.

Selamat ya, Pak…Semoga tempat baru itu menjadi awal kesuksesan-kesuksesan lain. Dan tetaplah Bapak menjadi orang tua bagi kami, guru bagi kami, sahabat bagi kami, dan saudara bagi kami. Tentunya dengan cinta…
Cinta yang tak lapuk kerana hujan dan tak lekang kerana panas…


Dari Kami:
Kepala Seksi

No comments: