19 April 2007

PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI ITU MASALAH KECIL

Monday, July 31, 2006 - PORNOGRAFI ITU MASALAH KECIL








“Saat ini ideologi Pancasila menjadi semakin jauh dari Bangsa Indonesia. Banyak tingkah laku yang tidak lagi mencerminkan nilai Pancasila. Bahkan sering kali, hal-hal kecil diributkan dan melupakan hal besar yang justru hilang dari kita. Misalnya saja sumber daya alam yang menipis karena dijual ke perusahaan asing.” (Kompas, 28/7)



Hal ini terungkap—seperti diberitakan Kompas—pada dialog publik yang diadakan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan pada hari Kamis yang lalu (27/7) bertema: ”Penegasan Sikap Kebangsaan Kita”. Sebagai pembicara pada acara ini adalah mantan Ketua MPR Amin Rais, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung, serta pengamat ekonomi Hartojo Wignyowijoto. Hadir dalam acara itu pula adalah Gubernur Sutiyoso dan tokoh-tokoh partai politik lainnya.



Tidak ada yang mengganjal di hati saya saat membaca berita tersebut sebelum dua paragraf terakhir yang berisi penegasan dari Amin Rais bahwa yang dimaksud hal-hal kecil yang diributkan itu adalah masalah RUU Pornografi.



Kita simak apa yang dikutip oleh Kompas:



Sebenarnya, menurut Amin, di situlah persoalan bangsa, yaitu dijualnya sumber daya alam kepada asing, bukan lalu banyak hal-hal kecil yang diributkan.



”Saya sudah lama mencari sebab mengapa bangsa ini mundur, ditinggal negara lain, bahkan oleh negara yang lebih muda. Kemudian banyak perdebatan, misalnya tentang RUU Antipornografi dan Pornoaksi, padahal bukan di situ masalahnya,” ujar dia.



Saya memang pernah mendengar sebelumnya bahwa Amin Rais pernah mengatakan hal yang demikian. Tapi saya anggap perkataannya adalah perkataan dari seseorang yang mengalami Post Power Syndrom. Jadi saya menganggapnya biasa-biasa saja dan cuma angin lalu. Nanti juga hilang dengan sendirinya.



Tapi dengan statement-nya pada acara itu, membuat saya berpikir lagi, bahwa Amin Rais memang konsisten dan serius dengan masalah keremehan dari pornografi dan pornoaksi tersebut. Dan ini jelas sungguh mengecewakan sebagian umat yang bekerja keras menyelamatkan bangsa ini dari jurang kehancuran.



Bagaimana tidak, hal itu dikatakan oleh seorang mantan ketua organisasi masyarakat Islam terbesar kedua di Indonesia dan pula yang pernah menjadi ikon perlawanan umat terhadap orde baru.



Dengan pernyataannya itu ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi:



Ia jelas menegasikan bahwa pornografi dan pornoaksi sebagai penyebab kehancuran bangsa ini. Dan ia konsisten sejak tahun 1997 bahwa semuanya karena perampasan sumber daya alam Indonesia oleh asing. Tidak ada yang salah jika ia tetap berkomitmen dengan perlawanannya itu namun seharusnya jika ia lebih bijak dan bisa menahan diri, tak perlu untuk membuat perbandingan atau peremehan terhadap tema besar perlawanan dari sebagian umat lainnya pada saat ini.



Pun dengan demikian ini jelas menimbulkan friksi dan prasangka berkepanjangan terhadap komponen umat lainnya yang seharusnya tidak ada. Bagi umat apa yang ia lakukan adalah seperti menggunting dalam lipatan.



Bahkan menurut saya dengan pernyataannya yang menganggap bahwa masalah bangsa ini bukan pada masalah pornografi dan pornoaksi, sebagai suatu penantangan terhadap ayat-ayat Allah yang begitu banyaknya membahas masalah kemunkaran ini. Dan seperti menafikan berbagai musibah yang datang ini karena ulah manusia akibat dari nafsu syahwat yang diumbar begitu saja.



Umat memang perlu disadari bahwa betapa kekayaan alam bangsa Indonesia ini dikuras habis dan hanya menguntungkan asing saja, sehingga dengan demikian timbul kesadaran bahwa umat perlu menjaga kekayaan ini dan menjaganya, mengelolanya untuk kepentingan umat juga.



Namun demikian umat pun tidak ketinggalan pula harus disadarkan bahwa pronografi dan pornoaksi sudah terang-terangan di depan mata dan akan menjadi bom waktu bagi generasi muda. Dan umat tidak menginginkan bahwa generasi ini menjadi generasi tanpa moral yang tidak menghormati nilai-nilai agama.



Sebenarnya dengan data statistik yang dikeluarkan oleh para pendukung RUU APP, menunjukkan bahwa betapa korban-korban dari ketidaktegasan pemerintah dalam memerangi kemaksyiatan itu senyatanya ada dan mengkhawatirkan bagi para aktivis dan pemerhati masalah moral. Karena korbannya kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.



Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya sendi-sendi kemajuan suatu peradaban yang kuat yaitu keluarga akan menjadi lemah dan rusak karena pornografi. Kita tidak menginginkan peradaban materialis ala Amerika Serikat yang ditopang oleh masyarakat yang sakit dan tanpa ikatan keluarga—karena ini pula banyak para ahli memprediksikan bahwa kehancuran Amerika Serikat tidak akan lama lagi.



Hamil di luar nikah, kawin cerai, single parent, anak tanpa ibu dan bapak, anak-anak jalanan, gank-gank hitam, lesbian, homoseks, narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, phedophilia menjadi penyakit masyarakat akut dalam keseharian di negara adidaya itu. Dan ini jelas semuanya adalah hal-hal yang sangat dihindari oleh umat Islam yang menginginkan kejayaannya kembali kepangkuannya.



Hal yang dilupakan oleh Amin Rais bahwa sesungguhnya peradaban suatu bangsa tidak bisa hanya fokus pada satu aspek saja dengan melupakan aspek yang lainnya. Sayyid Sabiq tidak melupakan kekuatan akhlak dan maal (harta) dalam enam prasyarat membangun suatu peradaban. Sehingga tidak bisa satu dengan yang lainnya saling menafikan. Tidak bisa untuk saling dikecilkan. Semuanya harus ada.



Akidah yang bersih, ilmu yang mumpuni, akhlak yang tinggi, ukhuwah yang erat, jama’ah yang kuat, dan maal yang banyak menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk membangun peradaban, untuk membangun Indonesia. Dengan sinergi dari berbagai komponen umat tentunya.



Sinergi dari Amin Rais yang berkomitmen tinggi untuk pengembalian harta umat kepada umat. Muhammadiyah dan Nahdhatul ’Ulama dengan pengembangan ilmunya. Ma’had-ma’had Ahlussunah Waljama'ah yang mengajarkan akidah yang bersih dari kemusyrikan. Majelis Ulama Indonesia dan Front Pembela Islam masing-masing sebagai penjaga ukhuwah dan moral. AA Gym dengan pesantren Darut Tauhid-nya dalam penggemblengan pejuang Islam ber-akhlakul karimah. Dan masih banyak lagi peran-peran dari ormas atau komponen umat Islam lainnya yang saling mengisi dan bersinergi.



Maka bila ini terwujud, bangsa ini tidak mundur, dan persoalan yang dikhawatirkan Amin Rais akan cepat terselesaikan. Dan tidak akan ada lagi kegundahan seorang Amin Rais yang mengatakan pornografi dan pornoaksi itu cuma masalah kecil. Kegundahan yang malah melukai perjuangan umat.



Semoga.









Riza Almanfaluthi



dedaunan di ranting cemara



cuma resah belaka



22.11 30 Juli 2006

No comments: