Memilih di Antara Dua Wanita
Monday, March 20, 2006 - Memilih di Antara Dua Wanita
Perempuan yang satu ini memang luar biasa, dengan kegesitannya ia berhasil mengumpulkan premi dari nasabah sebesar lebih dari 800 juta rupiah tahun lalu. Padahal ia baru saja dua tahun bergabung
Keberhasilannya itu membuat dirinya meraih penghargaan sebagai agen terbaik Takaful—perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia, dan perusahaan berniat mengganjarnya dengan mencalonkannya sebagai anggota klub elit agen peraih premi jutaan dollar, Million Dollar Round Table (MDRT). Dengan pencalonan ini, jika disetujui, maka PT Asuransi Takaful Keluarga akan menjadi perusahaan syariah pertama yang memiliki perwakilan di MDRT. (Republika, 01 Maret 2006).
Untuk itu kinerjanya akan dipantau sampai dengan bulan Juli nanti, jika sesuai dengan target yang diemban—sejak menjadi agen terbaik tersebut targetnya terus dinaikkan—maka kunjungan ke San Diego, Amerika Serikat dan ke salah satu kota di Australia akan terlaksana.
“Saya harus lebih kerja keras, lagi nih,” katanya sambil menunjukkan harian nasional itu kepada saya.
”Tapi ingat loh, mbak ini sudah punya anak. Jadi biasanya neracanya seringkali akan tidak seimbang. Ada dua kaki yang dipijak antara dunia kerja dengan dunia pengasuhan anak-anak. Jika tidak hati-hati, anak sebagai harta tak ternilai seringkali terlupa dan terlantar.” kata saya panjang sok menggurui. Ia cuma manggut-manggut saja.
”Jadi bagaimana mas, mau ikut kan? Kalau ikut berarti turut serta berjasa mengantarkan saya loh mas,”desaknya.
”Ya nanti dulu, saya diskusikan dengan yang di rumah.”
”Oke nanti kamis besok saya kemari, menerima jawabannya, yah...”desaknya lagi.
”Ohya, masih liqo kan?”tanya saya tak menghiraukan jurus marketingnya yang hampir-hampir ampuh untuk menaklukkan saya.
”Alhamdulillah masih. Barusan minggu kemarin ikutan dauroh murabbi.”
”Wah mantap, nih...?”
”Ah tidak, saya cuma aktif kecil-kecilan saja di DPRa. Kalau suami memang aktifnya di DPC.”
”Baguslah, memang mbak ini sudah liqo sejak tahun kapan sih?”setengah penasaran.
”1993...”
”Luar biasa, senior nih,” pikir saya. Walaupun lama atau tidaknya seseorang bukan menjadi parameter untuk menilai keberhasilan dalam berdakwah dan penataan ruhiyah, tapi seringkali kesenioran dan pengalaman bisa diambil menjadi pelajaran bagi saya untuk lebih baik lagi ke depan.
Pertanyaan serupa pun saya ajukan kepada salah satu perempuan agen asuransi takaful yang lainnya, yang telah mendapatkan dua premi dari saya untuk asuransi pendidikan anak.
Tapi sayang, sejak kepindahannya dan ikut bersama dengan suaminya tinggal di tempat yang baru, ditambah dengan kehamilan pertamanya membuat jalan transfer pertemuan tidak berjalan mulus. Entah karena kesibukannya mengurus anak dan suami atau karena hal lainnya. Sehingga berbulan-bulan sampai menginjak tahun pertama tidak ada aktivitas jama’i yang dilakukan, suaminya pun sibuk dengan urusan bisnis.
”Mbak, Cobalah bergabung kembali, hubungi saja DPRa terdekat, Insya Allah mereka siap menerima, kok,” saran saya.
”Insya Allah, Mas.” jawabnya pelan. ”Tapi mas jadi bukan untuk mengambil produk yang ini?” Wajahnya memelas begitu. Memang beda sekali perempuan yang terakhir ini dengan yang pertama.
Kalau yang pertama terlihat gesit sekali, cepat, ulet, dan luwes bahkan kuat—coba bayangkan naik motor keliling Jakarta yang panas untuk menjumpai dan mencari customer di tengah hukum rimba belantara lalu lintas ibukota.
Sedangkan yang kedua terlihat lemah lembut, pelan dalam perkataan namun tidak mengurangi kepintarannya dalam menjelaskan semua jenis produk asuransinya. Satu lagi adalah ia benar-benar seperti akhwat yang saya kenal di kampus dulu, dari cara berpakaiannya yang rapih dan ghodul bashor-nya itu loh.
”Mbak, nanti dulu yah, saya bicarakan dengan yang di rumah. Insya Allah ketika kami sudah sepakat saya akan menghubungi mbak.” Lagi-lagi alasan ini yang menjadi andalan saya untuk berkelit, walaupun memang kami sedang membutuhkan salah satu produknya tapi melihat kondisi keuangan yang ada, kami butuh waktu lagi untuk memutuskan ikut atau tidaknya.
Sekarang saya mempunyai dua penawaran yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan kami. Walaupun tidak dekat-dekat amat sih terutama untuk perempuan yang pertama. Qaulan Sadiida pun belum mengenalnya.
Tapi setidaknya dengan menjatuhkan pilihan padanya, turut membantu dirinya lebih berprestasi lagi. Bisa ke luar negeri, Boo. Bahkan katanya kalau prestasinya bisa dipertahankan, hadiah pergi umroh ke tanah suci sudah menanti. Wow...Lagipula dia masih liqo loh...Soalnya banyak sekali wanita aktifis (dan pria-nya juga) yang semula bersemangat sewaktu di kampus, namun 180 derajat berubah setelah berada di lingkungan kerja yang lebih mementingkan hasil daripada proses.
Mungkin bila pilihan itu jatuh pada dirinya, sebagian besar karena kami salut padanya yang tetap semangat dan berpegang teguh pada jalan yang ia pilih. Kerja iya, dakwah juga iya. Two thumbs up.
Tapi untuk perempuan yang kedua ini, kami sudah cukup erat dan lama berhubungan dengannya sejak tahun 2000. Di awali dengan memilih asuransi kesehatan yang ia tawarkan tapi kami tarik lagi setahun kemudian untuk biaya persalinan, juga berlanjut dengan dua tawaran asuransi pendidikan yang kami ambil dan pertahankan sampai sekarang. Mungkin jika pilihan itu jatuh pada dirinya, satu yang pasti adalah karena kedekatannya dengan kami, itu saja. Duanya adalah membantunya untuk membeli baang satu atau dua kotak susu untuk anak pertamanya itu.
Ah, pilihan sulit. Tapi kiranya tidak ada salahnya mereka menghubungi Qaulan Sadiidan yang kantornya cuma satu kali naik angkutan kota dari sini. Biarlah mereka berbicara dengan hati yang cuma dimiliki oleh wanita. Lalu biarlah Qaulan Sadiidan yang memberikan kata vonis. Soalnya terkadang saya—pria—seringkali malah menggunakan perasaan secara berlebih, tidak dengan nalar secukupnya. Pada akhirnya: memilih di antara dua wanita memang bukan keahlianku.
Ah, pilihan sulit juga. Tapi kiranya tidak, bila dua upaya telah dilaksanakan: istikharah dan musyawarah. Pembaca pasti tahu tentang istikharah ini bukan? Apalagi bagi Anda yang masih menjomblo dan berniat mendapatkan pasangan yang sholih atau sholihah. Masya Allah, Anda kiranya sampai mencucurkan air mata untuk menentukan pilihan pada siapa perahu cinta ini akan berlabuh? Si diakah yang telah membuat hati menjadi tertambat? Atau kepada si diakah yang dengan akhlaknya dan ke-isitiqamah-annya membuat cintamu bertambah pada-Nya. Subhanallah.
Ah, untuk memilih saja, Islam telah mengajarkan dengan begitu indahnya.
”Dari jabir bin Abdullah ra, ia berkata:
Rasulullah saw mengajari kami istikharah dalam semua urusan, sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur’an kepada kami, beliau bersabda:
Apabila salah seorang di antara kalian menghadapi suatu urusan maka hendaklah ia ruku’ (shalat) dua raka’at bukan fardhu kemudian hendaklah ia mengucapkan:
”Ya Allah,
Sesungguhnya aku meminta dipilihkan kepada-Mu dengan ilmu-Mu,
Dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuatan-Mu,
Dan aku meminta kepada-Mu dari keutamaan-Mu yang Maha Agung,
Karena sesungguhnya Engkau berkuasa sedangkan aku tidak kuasa,
Dan Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui,
Dan Engkau maha Mengetahui yang Ghaib.
Ya Allah,
Jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku dan akhir urusanku
—atau beliau mengucapkan: urusanku yang segera dan yang kemudian hari—
Maka taqdirkanlah ia untukku
Dan mudahkanlah ia untukku
kemudian berkatilah ia untukku,
tetapi jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini adalah buruk bagiku
didalam agamaku,
kehidupanku, dan akhir urusanku
—atau beliau mengatakan: urusanku yang segera dan yang kemudian hari—
Maka palingkanlah ia dariku
Dan palingkanlah aku darinya,
Dan taqdirkanlah kebaikan untukku apapun adanya,
Kemudian ridhailah aku dengannya”.
Nabi saw bersabda: ”Dan ia menyebutkan keperluannya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i dan Ibnu Majah. Dalam Shohihut Targhib wat Tarhib 1/358, hadits ini shahih)
Maka saya ucapkan: ”Memilih, istikharahlah...”
Allohua’alam bishshowab
Maraji:
Republika, 01 Maret 2006;
Terjemahan dari kita: Al-Muntaqa min Kitab at-Targhib wat-Tarhib lil Mundziri (Dr. Yusuf Qaradhawy).
Allohua’lam bishshowab.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
No comments:
Post a Comment