FRAGMEN TERSEDAK: HIDUP YANG HAMPIR TERLEWATI
Tuesday, June 20, 2006 - FRAGMEN TERSEDAK: HIDUP YANG HAMPIR TERLEWATI
HATI-HATI, BALITA TERSEDAK !!!
Tadi pagi, Si Bungsu Ayyasy sambil tidur-tiduran ngemut mainan kecilnya. Mainan berupa angsa-angsaan hadiah dari susu formula yang ada rodanya itu. Tapi tiba-tiba dia menangis tanpa suara sambil menunjuk-nunjuk mainannya itu. Ummu Haqi kaget dan bertanya kenapa...? Setelah diperhatikan ternyata rodanya sudah tidak ada lagi. Ia berkesimpulan bahwa rodanya sudah tertelan masuk ke kerongkongannya.
Dalam kepanikan melihat Ayyasy yang menangis kesakitan itu, di tambah melihat Haqi--sang kakak-- yang ikut menangis pula karena kasihan dengan keadaan adiknya, Ummu Haqi langsung menyuruh anak yang baru berumur 3 tahun 9 bulan itu untuk membungkuk. Lalu dengan keras menepuk punggungnya .
Tiga kali dilakukannya, namun upaya untuk mengeluarkan roda kecil dari kerongkongan si anak tidak kunjung berhasil. Lalu ia memakai cara lain dengan memasukkan jarinya ke dalam mulut Ayyasy. Tiga kali pula ia rogoh dalam-dalam. Akhirnya ada reaksi. Semua makanan yang ada di dalamnya keluar semua. Termasuk roda kecil seujung kuku berwarna biru.
Alhamdulillah, cara ini efektif. Saya tidak dapat membayangkan kalau saat itu Ummu Haqi sudah berangkat ke kantor dan bertanya-tanya apakah khadimat akan berbuat yang sama ketika melihat kejadian tersebut.
Saya tidak dapat membayangkan pula bagaimana kalau benda kecil itu tidak bisa dikeluarkan. Syukurnya cuma di kerongkongan, tidak di tenggorokan sebagai saluran pernafasan. (Banyak cerita tentang bagaimana anak yang tidak bisa diselamatkan karena kejadian ini)
Saya tidak dapat membayangkan pula kehilangan anak yang sedang lucu-lucunya. Bisakah saya setegar Iman yang telah kehilangan tiga anaknya dengan kejadian menggemparkan di Bandung beberapa hari yang lalu? Bisakah saya tidak menangis dan meratapi anak yang sangat saya cintai itu? Dan merelakan kepergiannya sebagai tabungan indah di akhirat kelak? Allohua'lam.
Tapi ada pelajaran yang bisa diambil di sini. Pertama jangan pernah panik terlebih dahulu melihat situasi gawat ini. Dalam hal ini saya salut kepada Ummu Haqi yang dapat mengatasi rasa paniknya.
Kedua, jangan pernah memberikan mainan-mainan yang memang tidak diperbolehkan untuk balita. Biasanya produsen mainan anak-anak selalu mencantumkan peringatan bahwa mainannya tidak cocok untuk diberikan kepada anak-anak di bawah umur.
Ketiga inilah kesempatan terbaik saya untuk membuang semua mainan -mainan kecilnya seperti mobil-mobilan, dan kelereng. Sebelum kejadian ini Haqi dan Ayyasy tidak mau tahu dengan peringatan yang diberikan orang tuanya kepada mereka. Mereka menangis dan berteriak kalau saya mengancam untuk membuang benda-benda membahayakan itu. So, mendengar rengekan dan tangisan itu saya biasanya luluh.
Keempat, selalu mengantisipasi keadaan darurat itu dengan memberikan pemahaman yang baik terhadap khadimat. Pemahaman bagaimana menangani perisitiwa semacam ini, atau hal lainnya seperti pencurian, kebakaran, sakit mendadak, dan luka-luka. Biasanya karena kita sudah cukup percaya dengan khadimat kita meremehkan dan tidak menyosialisasikan hal-hal ini.
Kelima, sediakan nomor-nomor penting untuk dihubungi. Tulis di atas kertas dan tempelkan di dekat pesawat telepon. Jangan pernah mengunci telepon. Memang ada resikonya bahwa khadimat tidak amanah dengan pemakaian telepon ini. Tapi berusahalah untuk memberikan pengertian bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya hendaknya dipegang sebaik-baiknya.
Keenam, jangan pernah melupakan tetangga. Inilah gunanya bertetangga dan menjaga adabnya yang senantiasa diwanti-wanti dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Hubungi tetangga terdekat, karena diharapkan tetangga yang berada di luar panic area bisa memberikan pemikiran jernihnya dan solusi terbaik buat kita.
Sepertinya cuma itu pelajaran hari ini yang bisa dipetik. Tapi sedikit banyak akan membawa saya dan Anda untuk selalu siap dalam menghadapi keadaan gawat darurat saat rumah dan keluarga kita tinggalkan karena seharian mencari nafkah.
Allohua’lam bishshowab.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
cuma mendengar kabar ini dari Ummu Haqi
setelah beberapa jam peristiwa ini terjadi
15:00 20 Juni 2006
No comments:
Post a Comment