19 April 2007

ISRAGHANI

ISRAGHANI
by: dedaunan
(Sekadar lara yang tak kunjung sembuh untuk Ibunda Sami Al-Sharif kerana anaknya meregang nyawa dihantam rudal Israel, kemarin)


Dukungan saya terhadap tim-tim piala dunia sudah jelas dan terang seterang matahari di siang bolong. Pertama saya mendukung kesebelasan yang punya ikatan ideologis yang sama dengan saya. Anda pasti tahu. Ya, Arab Saudi, Tunisia, dan negara-negara Afrika yang masih mempunyai jejak-jejak ekspedisi Islam masa lalu.
Kedua, dukungan saya berikan kepada tim dari Afrika secara umumnya. Ketiga, prioritas dukungan kepada tim dari Amerika Tengah dan Latin minus Argentina dan Brazil. Keempat, baru saya mendukung tim dari negara-negara Asia khususnya Asia Timur. Setelah itu, bila tidak ada dari tim-tim yang saya sebutkan di atas masuk dalam babak-babak final maka saya akan mendukung tim Argentina. Dan dalam urutan terakhir adalah Brazil. Cuma ini.
Jelas sudah tidak ada lagi yang bisa saya dukung kepada tim dari negara-negara yang tidak memenuhi kriteria di atas. Bila terpaksa harus memilih dan memberikan dukungan kepada tim-tim selain di atas maka saya harus memilih tim yang mempunyai pemain kulit berwarna terbanyak dalam squadnya. Tapi tidak sama sekali dengan tim dari Amerika Serikat. Dengan jejak militernya yang berlumuran darah di setiap jengkal bumi saya sama sekali tidak respek dengan tim ini.
Pertanyaannya adalah mengapa dalam event sekaliber Piala Dunia 2006 ini pilihan secara politik dan ideologis selalu mengemuka dalam pikiran saya. Ini cuma kekesalan saya saja melihat ketidakadilan yang menimpa banyak negara miskin, terbelakang, terbanyak berada di bagian selatan dunia yang dilakukan oleh negara kaya, besar, dan dzalim. Apalagi ditambah stereotip bahwa negara itu bependuduk mayoritas muslim.
Alhasil, saya melihat bahwa sepakbola adalah olahraga yang tepat dijadikan ajang pembuktian diri eksistensi sebuah negara yang minus harga diri. Pembuktian bahwa mereka sanggup mengalahkan tim dari negara superpower, maju, penjajah, dan mantan tuan tanahnya. Walaupun cuma dalam kompetisi olahraga, tidak pada kemiliteran dan perekonomian.
Namun, kali ini dukungan saya terkoyak habis melihat tingkah laku pemain salah tim yang masuk prioritas untuk didukung oleh saya. Pemain dari Ghana. Ya, walaupun pertandingan itu tidak saya tonton—katanya seru habis dan benar-benar mengasyikkan—saya mendapatkan berita tidak mengenakkan ini pada hari Senin (19/6) pagi kemarin di kantor.
Teman saya menceritakan tingkah laku salah satu pemain tim Afrika tersebut saat mencetak gol ke gawang Cheska, Sabtu (17/6). Ulah yang dilakukan pemain bernama John Paintsil itu adalah dengan mengeluarkan dari kaos kakinya bendera lalu mengibarkannya. Tidak masalah kalau yang dikibarkan itu adalah bendera negaranya sendiri. Namun ini adalah bendera Israel. Bendera dari negara yang sampai detik ini masih menerapkan taktik pembantaian dan genosida terhadap rakyat Palestina.
Sayangnya berita sebesar dan sesensitif itu tidak nampak di harian Republika Senin—atau karena saya tidak membaca koran tersebut pada hari ahadnya. Saya mendapatkan foto Paintsil yang sedang mengibarkan bendera itu malah dari koran harian khusus olahraga, TOPSKOR.
Namun pada keesokan harinya, Selasa (20/6), Republika pada halaman pertamanya menampilkan berita tersebut dengan judul yang sangat mencolok: Ulah Bodoh John Paintsil.
Dari sanalah saya mendapatkan bahwa masalah ini tidak hanya melukai saya secara pribadi. Tapi juga menginternasional. Masyarakat Mesir dan negara Arab lainnya yang semula mendukung Ghana, marah dan bersuara keras. Bahkan menjuluki John Paintsil—yang bermain di Hapoel Tel Aviv, klub di Liga Israel—ini sebagai orang dungu, bodoh, dibayar Israel, Agen Mossad, dan Israghani (Israel Ghanaian).
Dari berita itu saya mendapatkan alasan masuk akal tentang tingkah laku Paintsil. “Alasan sesungguhnya adalah banyak pemain Ghana dibesarkan di kamp latihan yang dibangun Israel,”tulis analis politik Hassan el-Mestekawi. “Pelatih Israel melihat bakat-bakat sepakbola Afrika sebagai lahan bisnis paling cerah. Mereka membangun tempat-tempat latihan, mendidik anak-anak miskin dan menjualnya ke klub-klub Eropa.”
Setiap pagi , sebelum berlatih, anak-anak Ghana mengikuti upacara di lapangan terbuka. ”Mereka menghormat ke bendera Israel,” ujar Mestekawi. (Republika, 20/6)
Dengan demikian jelas sudah bagaimana keberpihakan Paintsil dan kesuksesan Yahudi Israel dalam mencetak kader-kader untuk mendukung eksistensi negara penjajah tersebut.
Paintsil dan Israel kali ini juga sukses mengampanyekan perlawanannya kepada Iran. Pada piala dunia kali ini—dalam situasi dunia di antara perang kata antara Iran dan Israel—ada rencana bahwa Presiden Iran Ahmadinejad akan pergi ke Jerman untuk melihat tim kebanggaannya bertanding bila masuk ke babak kedua. Tentunya peristiwa ini bermakna luas.
Tindakan Paintsil sepertinya pula untuk mengejek Iran. Karena pada partai sebelumnya pada hari yang sama, Iran dikalahkan oleh Portugal dengan skor 0-2. Partai ini menjadi penentu bahwa Iran harus angkat kopor dari Jerman setelah dikalahkan oleh Meksiko 1-3 di pertandingan pertamanya.
Berhasil sudah kampanye tersebut dengan pesan sangat jelas yang menyuarakan: “Hei, Iran! Anda pergi, Kami (Israel) tetap di sini.” Tapi ejekan ini jelas tidak hanya untuk Iran tapi keseluruhan bangsa Arab yang sangat menentang pendudukan Israel atas Palestina.
Walaupun Asosiasi Sepakbola Ghana (GFA) telah mengajukan permintaan maaf dengan menegaskan bahwa Ghana tidak punya orientasi politik apapun terkait konflik di Timur Tengah dan berjanji tidak akan terjadi hal seperti itu lagi, tapi ini tidak mencegah mutungnya publik Mesir dan negara Arab lainnya dengan adanya rencana stasiun televisi mereka untuk tidak menayangkan lagi pertandingan sisa negara tersebut.
Tidak hanya mereka di sana, saya sudah pastinya akan merasakan hal yang sama. Sepertinya saya pun harus benar-benar dingin dan membuang ekspresi kegembiraan seandainya mereka dapat mencetak gol ke gawang Amerika Serikat di Stadion Nuremberg hari ini (22/6).
Saat itulah saya dapat melihat apakah Paintsil akan mengulangi perbuatan bodohnya itu dan menganggap remeh komitmen GFA, hanya untuk memenuhi janjinya kepada rakyat Israel untuk mengibarkan Bintang David dengan Garis Biru jika Ghana dapat mencetak gol ke gawang lawan. Jika ya, betul sekali bahwa aksi kemarin adalah kado khusus dan “cantik” buat Iran. Tapi cukup menyakitkan. Tidak hanya bagi saya, tapi bagi mereka yang sudah muak dengan penindasan Israel.
Kita lihat saja nanti malam.

Fakta Angka:
Grup E
Pertandingan Tanggal Lapangan Tim Score
9 13-Jun-06 Hanover ITA:GHA 2:0 (1:0)
10 13-Jun-06 Gelsenkirchen USA:CZE 0:3 (0:2)
25 18-Jun-06 Kaiserslautern ITA:USA 1:1 (1:1)
26 18-Jun-06 Cologne CZE:GHA 0:2 (0:1)


Yang Belum Menjadi Fakta:
Pertandingan Tanggal Lapangan Tim Score
41 22-Jun-06 Hamburg CZE:ITA ????
42 22-Jun-06 Nuremberg GHA:USA ????


Fakta Lain:
1. Luas Wilayah Ghana: 238.540 km persegi hampir dua kali luas pulau Jawa.
2. Dulu bernama Pasir Emas; nama Ghana berasal dari ”Kekaisaran Ghana”.
3. Ibukota Accra;
4. Bahasa Resmi: Inggris;
5. Berbatasan di utara dengan Burkina Faso; dan selatan Teluk Guinea;
6. Bertetangga dengan Pantai Gading (di barat) dan Togo (di timur). Bersama dua tetangga tersebut Ghana sama-sama dapat mengikuti ajang Piala Dunia 2006 di Jerman;
7. Penghasil coklat terbesar di dunia dan penghasil alumunium terbesar di Afrika;
8. Pernah dijajah Portugis pada akhir abad ke-15. Pernah di bangun benteng pantai di sana oleh Inggris, Belanda, dan Denmark pada abad ke-17 dan ke-18;
9. Pada tahun 1874 dijajah Inggris dan memperoleh kemerdekaan pada tanggal 06 Maret 1957;
10. Penduduk bagian utara beragama Islam, sedangkan penduduk di bagian selatan memeluk agama Katolik.

Fakta Jejak Israel di Ghana:

In April 1959, Israel, with help from India, supervised the establishment of the Ghanaian Air Force. A small Israeli team also trained aircraft maintenance personnel and radio technicians at the Accra-based Air Force Trade Training School. Although the British persuaded Nkrumah to withdraw Israeli advisers from Ghana in 1960, Ghanaian pilots continued to receive some training at aviation schools in Israel. After Nkrumah's overthrow, Israeli military activities in Ghana ended. (http://reference.allrefer.com/country-guide-study/ghana/ghana164.html)



Maraji:
1. TopSkor, Senin 19 Juni 2006;
2. Republika, Selasa 20 Juni 2006;
3. Republika, Kamis 22 Juni 2006;
4. http://www.eramuslim.com/news/int/44974db2.htm;
5. Jadwal dan Hasil Pertandingan Piala Dunia 2006 di http://10.254.28.92/sites/pialadunia/grup/jadwalhasil.aspx;
6. http://reference.allrefer.com/country-guide-study/ghana/ghana164.html;
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Ghana;
8. Ensiklopedi Keluarga A-Z.



Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
08:36 22 Juni 2006
caci maki silakan dialamatkan ke: riza.almanfaluthi@pajak.go.id

No comments: