20 April 2007

Dua Tips Menjadi Murabbi Sukses

Dua Tips Menjadi Murabbi Sukses

Salah satu dari 114 tips menjadi murabbi sukses yang ditulis oleh Satria Hadi Lubis adalah “jangan lupa untuk mempersiapkan materi”. Berikut kutipan lengkap dari tips kedua tersebut:

“Da’i harus memiliki argumen yang kuat untuk mendukung makna yang diutarakan dan harus memperhatikan kesesuaian argumen dengan makna tersebut. Ia memiliki keluasan dalam memilih argumen, sebab ayat-ayat Al Qur’an, hadits-hadits Rasul, sirah Nabawiyah yang harum, dan sejarah Islam adalah argumen yang kuat yang dapat digunakan untuk memperkuat pembicaraan” (Musthafa Masyhur).

Salah satu kebiasaan buruk murobbi yang sering dijumpai adalah tidak mempersiapkan materi. Mereka tampil spontan. Mungkin merasa mad’u sudah tsiqoh (percaya) dengan mereka, sehingga tidak bakalan hengkang. Padahal Shakespeare pernah mengingatkan, “Barangsiapa naik panggung tanpa persiapan, ia akan turun panggung dengan kehinaan”. Hasilnya, mad’u mungkin tidak hengkang. Tapi penyajian materi terasa hambar, monoton dan tidak aktual, karena tidak dipersiapkan sebelumnya. Akhirnya, mad’u lama kelamaan merasa bosan dan merasa tidak bertambah wawasannya. Mad’u jadi suka absen, atau paling tidak hadir tanpa antusias yang tinggi.
Karena itu, persiapkanlah materi yang akan Anda sampaikan di halaqah. Persiapkan walau hanya sebentar (10-15 menit). Idealnya, persiapan yang perlu Anda lakukan minimal 60 menit, agar Anda dapat mempersiapkan materi lebih komprehensif. Siapkan dalil naqli (dalil dari Al Qur’an dan Hadits) dan aqli (dalil secara rasional), data dan fakta terbaru, ilustrasi dan perumpamaan, contoh-contoh kasus, bahan humor, pertanyaan yang mungkin diajukan, bahasa non verbal yang perlu dilakukan, metode belajar yang cocok dan media belajar yang diperlukan.
Dengan persiapan prima, niscaya Anda akan tampil di halaqah bagaikan aktor kawakan yang mampu menyedot perhatian penonton (mad’u).

Tips di atas saya lakukan benar-benar. Caranya adalah dengan membuat materi tersebut dalam file berbentuk powerpoint. Maklum saya bukanlah seperti orang lain yang dengan mudahnya berbicara tanpa teks, tanpa slide, tanpa handsout. Jadi agar pembicaraan tetap terarah dari awal sampai akhir, pun agar yang diterangkan kepada pendengar adalah sesuai dengan maksud yang diharapkan dari tujuan materi tersebut maka saya melakukan upaya itu.
Pertama, saya akan membaca materi yang akan disampaikan tersebut—tentunya materi yang sesuai dengan kurikulum mentoring. Lalu sambil melakukan kegiatan itu saya pun sekaligus membuat file berekstensi ppt. Di situlah saya merasakan membaca sambil membuat, menjadikan saya—setidaknya—dapat memahami dengan mudah alur berpikir dari tema pokok materi.
Alhasil, setelah saya melakukan persiapan tersebut dengan matang, saya merasakan manfaat yang sangat besar—tentunya dengan pertolongan Allah pula—saya menjadi tidak grogi dan presentasi pun berjalan dengan lancar.
Sewaktu acara daurah pemuda se-Pabuaran, saya diberikan amanah oleh ketua panitia untuk menyampaikan materi bertema ghazwulfikr, dengan persiapan yang sungguh-sungguh maka Allah memudahkan saya memberikan materi tersebut. Begitu pula dengan Ahad kemarin untuk pertemuan pekanan yang ketiga ini saya memberikan materi tentang keseimbangan, dan lagi-lagi Allah memudahkan saya.
Saya sampai berkesimpulan, mungkin inilah jalan yang Allah tunjukkan kepada saya bahwa salah satu cara untuk menghindari kebingungan yang biasa saya derita dalam memberikan materi adalah dengan cara yang demikian. Buat softcopy dari materi tersebut.
Ya, salah satu kelemahan saya dalam mengisi mentoring adalah saya tak bisa tampil spontan dan kebingungan tentang materi apa yang harus saya berikan. Padahal referensi materi begitu seabrek dalam lemari buku. Sekali, dua kali, bahkan berkali-kali saya baca materi tersebut sebagai bentuk persiapan masih saja susah untuk dicerna oleh akal pendek saya.
Tetapi dengan tips di atas Insya Allah saya sudah bisa mengatasi kebingungan tersebut. Intinya adalah buat catatan atau presenter bilang buat poin-poinnya. Ini sesuai dengan tips selanjutnya dari Satria Hadi Lubis berikut ini:

3. Catat apa yang akan Anda bicarakan dengan mad’u

“Dan hendaklah ia rapi dalam segala urusannya” (Musthafa Masyhur).

Selain mempersiapkan materi, hal yang perlu Anda persiapkan sebelum mengisi halaqah adalah mencatat apa yang akan Anda bicarakan dengan mad’u. Misalnya, mencatat apa saja yang akan dievaluasi, apa saja informasi dan instruksi yang akan disampaikan, atau siapa yang akan Anda ajak bicara tentang sesuatu hal.
Dengan mencacat, Anda akan ingat apa yang akan Anda bicarakan dengan mad’u. Tapi jika mengandalkan ingatan, Anda akan lupa karena saking banyaknya hal yang perlu Anda sampaikan kepada mad’u. Kelupaan tersebut dapat berakibat fatal, jika yang akan Anda bicarakan adalah hal yang penting dan mendesak. Anda mungkin terpaksa membicarakannya di luar halaqah via telpon. Hasilnya, tentu tidak seefektif jika Anda sampaikan secara tatap muda di depan halaqah. Nah.. agar tidak lupa, catat apa yang akan Anda sampaikan kepada mad’u di buku atau di kertas Anda sebelum Anda mengisi halaqah.

Mungkin untuk orang lain, membuat poin-poin pembicaraan itu pun mudah semudah membalikkan tangan. Dengan cukup mengambil secarik kertas kosong lalu menuliskan poin-poin tersebut. Tetapi bagi saya itu belumlah cukup, saya kudu membuatnya dengan tampilan bagus terlebih dahulu dalam sebuah software khusus baru saya bisa lebih paham. Kegunaan lainnya adalah bisa langsung dicetak dan dibagikan kepada peserta mentoring.
Cuma satu kekhawatiran saya yakni upaya ini cuma semangat di awal saja lalu lama-kelamaan hilang ditelan bumi seiring dengan bangkitnya kemalasan saya. Tapi saya pikir, yang terjadi nanti biarlah terjadi nanti. Sekarang yang perlu saya lakukan adalah tetap memupuk semangat ini. Berusaha sekuat tenaga untuk tetap bekerja maksimal dalam jalan ini.

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-Ankabuut, 29: 69]

Ayat di atas setidaknya menjadi pelipur kelelahan bagi saya. Semoga menjadi pelipur sampai akhir.

Kesimpulan Kiat:
1. Buat softcopy dari materi;
2. Catat apa yang akan disampaikan.


Maraji’:
- Alqur’anul Kariim
- Menjadi Murabbi Sukses, Satria Hadi Lubis



Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
kalibata mendung
12:28 20 Maret 2007

3 comments:

Anonymous said...

Siip deh. Semoga jadi murobbi yang sukses. He..he..he..
Eh, saya juga dah punya blog nih. Main-main dong.

dedaunan said...

mana linknya...?

Anonymous said...

Maaf, saya kira linknya kelihatan. Nih alamatnya http://doeytea.wordpress.com/