18 April 2007

ISTANBUL: TAHTA ISLAM

Monday, March 6, 2006 - ISTANBUL: TAHTA ISLAM



Istanbul [Konstatinopel], 1922

Jabatan sultan pada Kekhalifahan Utsmani dihapus oleh Majelis Agung dibawah kepemimpinan Mustafa Kamal.



Istanbul [Konstantinopel], 29 Oktober 1923

Mustafa Kamal memproklamasikan Republik Turki dan menetapkan jabatan khalifah hanya sebagai pimpinan keagamaan.



Istanbul [Konstantinopel], 03 Maret 1924

Jabatan khalifah dihapus. Abdul Majid II, khalifah terakhir dinasti Utsmani diusir dari istananya dan diperintahkan untuk meninggalkan Turki.



***

Sudah 82 tahun lamanya umat Islam tidak merasakan manis dan pahitnya kekhalifahan. Semua telunjuk diarahkan pada khalifah yang ke-37 (dari dinasti Utsmani ini yakni: Sultan Abdul Hamid II, yang memerintah Kekhalifahan Turki sejak 1876 sampai 1909.

Para sejarawan sepakat bahwa dialah Sultan Turki yang terkenal, paling lama berkuasa, dan masa pemerintahannya berada dipersimpangan jalan. (Syalabi.:1988) Dialah yang berusaha untuk mengadakan perbaikan Turki yang sudah dijuluki sebagai The Sick Man of Europe (orang sakit dari Eropa) namun usahanya ituberakhir sia-sia.

Telunjuk yang diarahkan kepadanya adalah pada masalah kediktatorannya, pemerintahannya yang bersifat absolut dan penuh kekerasan. Sehingga dengan tipe kepemimpinannya yang demikian membuat banyak rakyat sipil dan militer yang tidak suka padanya dan menimbulkan gerakan oposisi yang menggoyahkan sendi-sendi kekuasaannya.

Namun keberimbangan pandangan kepada seseorang juga perlu dikemukakan di sini agar tidak ada pula sikap berlebihan hingga membuang kebaikan-kebaikan yang dipunyainya dan tidak bisa untuk dilupakan begitu saja.

Satu jasa dari Sultan Abdul Hamid II ini yang dicatat oleh sejarah adalah penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap permintaan Zionist Yahudi untuk menetap di Palestina.

Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Ahmad Syatibi diceritakan kisah penolakan ini: Dikisahkan bahwa sesudah dilaksanakan konferensi Belfore (1897) yang memutuskan bangsa Yahudi kembali ke Palestina, salah seorang pemimpin Zionist yang bernama Kurah So datang menghadap Sultan Abdul Hamid II menyampaikan permohonan kepada Sultan agar beliau mengizinkan bangsa Yahudi menetap di Palestina dan sebagai imbalannya gerakan Zionis bersedia meminjamkan uang sebesar 50 juta Junaih kepada pemerintah Turki Utsmani dan bersedia memberi hadiah sebesar itu kepada Sultan.

Mendengar pernyataan pemimpin Zionis tersebut bukan main tersinggungnya baliau, lantas dengan suara keras kepada pendampingnya beliau bertanya: ”Siapa yang telah mengizinkan babi tengik ini masuk menghadap kepadaku?”

Melihat Sultan begitu Murka kemudian pertugas mengusir dia dari wilayah Turki dan segera dikeluarkan undang-undang larangan bangsa Yahudi memasuki wilayah Palestina. (Hal. 98)

Kemudian jasa lainnya adalah upayanya untuk mendirikan Pan Islamisme (kebersatuan Islam) untuk mengimbangi gerakan kristenisasi dan zionis. Walaupun usahanya tersebut gagal karena tipu daya musuh-musuh Sultan yang mengampanyekan bahwa usaha tersebut adalah upayanya untuk menutupi kebobrokan dan niat yang sebenarnya, yakni untuk melanggengkan kekuasaannya.

Dua jasa Sultan Abdul Hamid II yang dapat dicatat tersebut adalah jasa yang kesekian kalinya dari jasa-jasa yang diberikan Kekhalifahan Utsmani terhadap peradaban Islam.

Jasa yang sangat menonjol dari Kekhalifahan Utsmani ini adalah direbutnya Konstatinopel oleh Muhammad II yang berjuluk al Fatih. Dan menjadikannya sebagai ibukota baru serta menggantikan nama kota kuno tersebut menjadi Istanbul (Tahta Islam).

Kejatuhan ini telah melengkapi ramalan Rasulullah terhadap hancurnya dua tahta imperium besar yakni Persia dan Romawi. Dan tidak bisa disangkal lagi bahwa kejatuhan kota ini pula menjadi pelipur lara dan obat bagi umat Islam saat itu karena luka akibat keruntuhan dan jatuhnya kekuasaan Islam di Andalusia.

Jasa lainnya—seperti yang diungkap lagi oleh Syatib—berhasilnya Turki Utsmani menghambat kolonial barat atas dunia Arab untuk beberapa lamanya hingga menjelang akhir kekuasaannya. Karena sejak kejatuhan Andalusia, bangsa-bangsa Eropa selalu mengincar wilayah Afrika Utara dan jazirah Arab.

Demikianlah jasa-jasa kekhalifahan Bani Utsmani bagi umat, sebagaimana banyak dicatat pula jasa-jasa kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah bagi tegaknya pondasi peradaban umat. Juga dengan demikian kita tidak bisa hanya ambil peduli terhadap salah satu kekhalifahan dan menafikan kebaikan-kebaikan yang muncul dari yang lainnya hanya karena misalnya Bani Umayyah fanatik dengan orang-orang Arab, atau Bani ’Abbasiyyah yang banyak didukung oleh orang-orang Syi’ah, ataupun Bani Utsmani yang selalu menoleh ke barat dan mengerdilkan peran bangsa Arab.

Keberimbangan ini diperlukan agar kita bisa mengambil pelajaran tentang bangkit dan jatuhnya suatu peradaban umat. Sikap pertengahan ini diperlukan agar kita bisa memberikan proporsi yang adil terhadap suatu peradaban sehingga kita tidak akan ditertawakan karena kejumudan dan pendapat kita yang tanpa dasar dan ilmu atau karena kita dianggap tidak pernah membaca buku-buku sejarah.

Allohua’lam.





Maraji’:
Prof. Dr. Ahmad Syalabi, [Sejarah dan Kebudayaan Islam: Imperium Turki Utsmani], 1988
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, [Wajah Dunia Islam: Dari Dinasti Umayyah hingga Imperialisme Modern] 1998;
Ensiklopedi Islam Jilid 4





riza almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

08:21 05 Maret 2006

No comments: