NIH GUA ISRAEL LOH...
NIH GUA ISRAEL LOH...
BINTANG DAVID DI MANA-MANA: “Gue Israel Loh…”
( http://10.9.4.215/blog/dedaunan )
Dalam perjalanan pergi ke kantor di pagi hari dengan sepeda motor, di tengah keramaian lalu lintas Jakarta, seperti biasa saya mengambil sisi kiri jalan untuk dapat melaju lebih lancar. Saya dikejutkan dengan stiker yang ditempelkan di bagian belakang motor di depan saya. Tentu stiker ini tidak akan mempunyai makna apapun bila tidak ada kejadian yang mengharubirukan siapapun yang masih punya hati nurani melihat kebiadaban bangsa penjajah di Timur tengah sana pada pekan-pekan ini.
Stiker ini berupa bintang sudut enam berwarna putih, Bintang David. Ya, semua orang yang mengikuti perkembangan berita dunia tahu tentunya bahwa ini adalah simbol kebanggaan dan kejayaan bagi bangsa Israel. Tapi sayangnya kebanggaannya itu adalah dengan mengorbankan ribuan nyawa tak bersalah. Dan kejayaan yang dicita-citakannya adalah berdiri di atas pondasi berupa tumpukan tulang-tulang yang direkatkan dengan gelimangan darah ribuan manusia. Mengerikan.
Saya gemas sekali melihat stiker ini. Rasanya saya ingin benar-benar menegurnya apakah ia masih mempunyai nurani dan sensisitivitas atau memang ia tidak tahu atau benar-benar menantang. Tapi saya cuma bisa berdiam diri saja dengan banyak alasan dan memendam kegemasan tentunya.
Dan anehnya sore hari itu pula, di saat dalam perjalanan pulang, kembali saya menemukan stiker itu lagi. Kalau stiker yang saya temukan di pagi hari itu cuma Bintang David putih saja, kali ini benar-benar Bintang David berwarna biru di antara dua strip. Nah...kalau yang ini benar-benar bendera Israel, si penjajah La’natullah. So, saya meyakini benar bahwa orang ini benar-benar tidak sensitif. Saya kira ia benar-benar menantang dengan pemajangan stiker itu. ”Nih Gua Israel Loh...”.
Dan kali itu saya benar-benar ingin menghentikannya, tapi ditegur oleh istri saya.
”Jangan emosi, mungkin dia benar-benar orang Yahudi,” istri saya memperingatkan.
”Loh, kalau ia memang orang Yahudi, tidak selayaknya ia bersikap demikian karena ia hidup di tengah mayoritas Muslim yang sedang prihatin dengan kejadian di Palestina dan Libanon itu, dong,” tangkis saya panjang.
”Saya hentikan dia saja yah, saya marah nih, bener, swer...!”
”Tidak usah, percuma, ini bukan karena Allah kok ” kata istri saya.
”Loh, ini benar karena Allah, saya marah karena Allah kok, melihat kedzaliman ini.”
”Iya memang benar marah, tapi biasanya kalau sudah marah orang biasanya tidak bisa berpikir rasional lagi. Sudahlah saya tidak mau ribut, sekarang pun sudah maghrib lagi.”
Lagi-lagi saya tidak mampu untuk berbuat apapun. Saya cuma bisa omong besar doang. Di tengah penyesalan dan pemakluman di hati bahwa ini merupakan selemah-lemahnya iman karena tidak bisa dengan tangan ataupun bahkan dengan mulut merubah suatu kedzaliman ini, saya berpikir kok bisa-bisanya saya menjumpai bintang ini dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Dan saya berpikir apakah orang-orang sudah tidak mempunyai nurani lagi tentang hal ini setelah kasus Dani Dewa yang memakai Bintang David saat pertunjukkannya. Entahlah...tapi yang paling diuntungkan tentunya Israel juga. Dengan pemajangan simbol ini secara tidak langsung merupakan upaya pengakuan eksisntensi dari Israel itu sendiri di muka bumi ini.
Tentunya kita tidak pernah lupa, bahwa bangsa yahudi adalah bangsa yang sangat menyukai simbol-simbol. Dan menjadikan simbol paling utama dari keberadaannya adalah Bintang David itu sendiri. Maka dalam suatu kesempatan, di sebuah milis, setelah akuisisi Indosat oleh perusahaan Singapura dan ditengarai dimiliki oleh perusahaan investasi milik Israel, saya dikecam oleh para peserta milis ketika mengungkapkan hal ini. Tapi faktanya benar-benar bahwa simbol Indosat adalah gradasi dari Bintang David. Ini meneguhkan pernyataan bahwa bangsa Yahudi ini sangat penyuka dengan simbol dan perlambangan.
Dan kasus terbaru tentang Bintang David adalah pemakaian lambang ini oleh Tora Sudiro di acara Extravaganza. Hidayatullah.com memberitakannya sebagai berikut:
Sebagaimana diketahui, TransTV, pada Senin tanggal 7 Agustus 2006 lalu saat acara hiburan, Extravaganza, salah seorang pemainnya, Tora Sudiro, mengenakan sebuah kalung terbuat dari 'Bintang David'. Sebuah lambang kebesaran Yahudi.
Dalam tayangan tersebut, pihak TransTV berupaya untuk mengelabuhi
pemirsa dengan cara menutup dan mengaburkan simbul penjajah yang kini
sedang menyerang Palestina dan Libanon itu.
(http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3447&Itemid=65)
Kembali ini meneguhkan bahwa betapa banyak orang Indonesia yang sudah tidak mempunyai sensitivitas dan hati nurani lagi untuk berempati dengan saudaranya sendirinya. Bahkan kalau kita runut ke belakang betapa ghozwul fikri ini sudah merambah ke sekolah-sekolah, sehingga dengan bangganya para siswanya membuat grafiti dan coretan-coretan di banyak dinding dengan lambang Bintang David yang ditengahnya terdapat huruf besar-besar: ISRAEL.
Atau jangan-jangan saya yang aneh karena memikirkan kulit saja daripada substansi. Tapi bagi saya, untuk kali ini, kulit dan substansinya adalah sama saja, yakni representasi dari kebiadaban dan keganasan Iblis berbulu domba (emang ada...? biasanya diilustrasikan oleh barat sebagai iblis berkepala kambing)
Ah...saya harap ini cuma segelintir orang saja di tanah air tercinta ini. Yang bahkan perlu diwaspadai lagi adalah jasadnya secara fisik melayu tapi pikiran, tindak tanduknya, fatwanya, lidahnya adalah kepanjangan dari yahudi itu sendiri. Ini dia yang bisanya menusuk dari belakang. Menggunting dalam lipatan. Lempar batu sembunyi tangan. Dan penuh sifat kelicikan dan kepengecutan. Sungguh ini yang perlu diwaspadai.
Ah, terlalu banyak omong dan mencela seringkali melupakan aib diri sendiri. Semoga kegeraman ini berlanjut untuk tidak selama-lamanya dengan selemah-selemahnya iman. Semoga mulut saya dan tangan saya bisa membantu saudara-saudara saya di sini dan di sana. Harap saya yang senantiasa meluncur ke langit. Berharap menembus pintu-pintuNya. Semoga.
Celaan, ejekan, makian, hinaan, cacian, kutukan sila ajukan ke: riza.almanfaluthi@pajak.go.id
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
10:16 11 Agustus 2006
No comments:
Post a Comment