24 April 2007

LULUSKAH SAYA DI BATRE V?

LULUSKAH SAYA DI BATRE V?


Saya mendaftarkan diri untuk mengikuti Batre (Basic Writing
Training for Beginner) ke-5 yang diadakan oleh komunitas
penulis Forum Lingkar Pena Cabang Depok. Syaratnya selain
harus menyetorkan uang sebesar Rp39.000,00 untuk biaya
pendaftaran juga harus menyerahkan sebuah tulisan dalam bentuk
dan jenis apapun untuk dilihat oleh panitia. Saya menyerahkan
sebuah essay yang berjudul Martabak Buat Bapak Polisi. Sebuah
tulisan yang belum lama dibuat. Dan saya harus mengikuti
writing test-- gunanya untuk menyeleksi seberapa jauh
kemampuan menulis para peserta—pada hari Ahad kemarin (15/4)
di Rumah Cahaya markas FLP Depok.
Tetapi karena adanya musibah, yaitu dengan meninggalnya ibunda
tercinta saya pada hari Kamis yang lalu dan saya harus pulang,
maka saya tidak bisa mengikuti ujian tertulis tersebut. Sempat
ada kekhawatiran bahwa saya tidak diperkenakan untuk bergabung
dengan FLP Depok pada periode ini tetapi setelah saya sms
Ketua FLP Depok, Koko Nata, tentang ketidakhadiran saya
tersebut, ia memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap
mengikuti ujian tersebut. Dan saya mendapatkan email seperti
ini:

***
Assalamualaikum Wr Wb

Karena Mas dan Mbak berdua tidak bisa hadir pada acara perdana
BATRE
kemarin, silahkan buat tugas di bawah ini

1. Coba deskripsikan diri Mas/Mbak sendiri. Bisa secara fisik,
psikologi dll. Bentuknya bebas. terserah deh mau nulis apa
2. Tuliskan impian, harapan dan cita-cita setelah bergabung
dentgan FLP

Peserta kemarin, harus menyelesaikan tugas tersebut selama 30
menit.
Di rumah/kantor Mbak dan Mas bisa melakukukan hal yang sama.
Kirim
tulisan tersebut ke e-mail ini. Saya tunggu paling lambat hari
Kamis.

Selamat menunaikan tugas ^_^

Wassalam

***

Saya bersemangat sekali saat mendapatkan email
tersebut. Saya mengerjakan tugas itu di rumah pada pukul
17.27, sesaat setelah menerima email dari Panitia BATRE. Dan
saya berkomitmen bahwa saya harus mengerjakannya dalam waktu
yang telah ditentukan, walaupun tidak ada Panitia yang
melihat. Sekali lagi, karena ini adalah sebuah penghargaan
terhadap kesempatan yang diberikan kepada saya. Dan tentunya
harapan saya adalah saya dapat lulus dari ujian ini.
Ohya, pengumuman kelulusannya Insya Allah akan diumumkan pada
tanggal 21 April esok. Kalau saya lulus, saya bersyukur. Tidak
lulus? Yah, tetap berusaha di periode mendatang di bulan
September nanti.
Dan Alhamdulillah, pada menit ke-30 saya sudah
berusaha menghentikan ketukan jari pada tuts keyboard ini.
Lumayan satu seperempat halaman terselesaikan. Sebuah
deskripsi tentang saya. Fisik dan psikologi. Berikut hasilnya:


Inilah Saya


Riza Almanfaluthi adalah nama saya. Cuma orang biasa yang
berusaha menjadi lebih baik lagi di setiap harinya. Lahir di
Jatibarang, sebuah kota kecil di Kabupaten Indramayu tepatnya
tanggal 24 Juli 1976. Sekarang sedang menapaki usia kepala
tiga, sebuah usia yang membuat saya terkejut karena saya sudah
tidak muda lagi. Tapi, show must go on, mau tidak mau hidup
harus dijalani, tinggal memilih kehidupan yang lebih baik atau
buruk di akhir. Tentu sebagai manusia yang bertuhan saya pasti
akan memilih yang pertama. Khusnul khotimah, penghabisan yang
terbaik.
Tinggal bersama orang tua selama menempuh
pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, lalu
berpisah saat menempuh pendidikan menengah atas karena sekolah
di Cirebon, membuat saya bisa hidup mandiri. Artinya saya
terbiasa jauh dari orang tua. Ditambah lagi saat Allah
mengizinkan saya untuk menempuh kuliah di Jakarta yaitu di
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Spesialisasi Perpajakan di
tahun 1994 membuat saya kembali hidup jauh dari orang tua.
Kemandirian sejak kecil itulah yang senantiasa
membuat saya berusaha untuk sukses dengan kaki sendiri—tentu
kehendak Allah bermain sepenuhnya dalam kehidupan saya. Selama
saya masih bisa untuk melakukan suatu pekerjaan itu sendiri
mengapa saya harus meminta bantuan orang lain. Selain karena
merendahkan diri sendiri juga karena selalu ingat kata-kata
bijak dari Sang Nabi Terakhir bahwa tangan yang di atas
selalu lebih baik daripada tangan dibawah. Inilah yang saya
pegang.
Secara fisik, saya sama dengan orang kebanyakan di
republik ini. Kata orang sih, dan ini saya akui sendiri, warna
kulit saya hitam. Tapi tentunya tidak selegam orang India dan
Afrika sana. Rambut saya lurus dan tentunya—lagi-lagi—hitam.
Tinggi biasa-biasa saja. Kurang lebih 165 cm.
Ganteng? Relatif, dan saya berpikir tentu saya yang paling
ganteng. Karena pada dasarnya manusia diciptakan dalam
sebaik-baik bentuk. Hatta, menurut saya, seseorang dilahirkan
dalam keadaan cacat, ia adalah manusia dengan sebaik-baiknya
bentuk. Nah, ada satu kekurangan saya, kalau memang ini bisa
disebut sebuah kekurangan, saya tidak bisa mengucapkan huruf
R. Kata orang sih namanya cadel, atau pelo kata orang jawanya.
Bagi saya kekurangan ini bukanlah variabel yang menentukan
kesuksesan seseorang di akhirat sana. Betul bukan?
Nah, sekarang saya perlu menceritakan motivasi, impian,
harapan dan cita-cita saya kenapa ingin bergabung dengan
komunitas penulis di Forum Lingkar Pena ini. Dulu, setahun
yang lalu, ada motivasi duniawi yang mengiringi saya. Saya
ingin jadi penulis terkenal, membuat banyak buku, dan
lain-lain. Saya perlu wadah, sebuah batu loncatan dan saya
pikir FLP adalah sarana yang tepat, segalanya.
Sebuah motivasi yang membuat saya lupa bahwa niatan itulah
yang akan membuat saya tersungkur dengan wajah yang tertekuk
diseret para malaikat dan diceburkan pada sebuah wahana
kepedihan dan kesengsaraan, karena semata-mata hanya mengharap
pujian dari manusia belaka. Dan saya pikir semua penulis rawan
atas bahaya dari sebuah nikmat duniawi berupa pujian melangit.
Saya berlindung kepada Allah atas semua itu.
Pada akhirnya, pada sebuah kontemplasi, saya pikir semua itu
sudah terlalu jauh. Kini, saya senantiasa berusaha keras untuk
bisa meneguhkan hati agar bisa meluruskan niat. Dan motivasi
teranyar dan terupgrade pada diri saya adalah saya ingin
senantiasa belajar dan terus belajar menulis. Tidak kurang dan
tidak lebih. Bagi saya, saat ini, menulis adalah sebuah
kebutuhan. Dan harus selalu terasah. Maka sebuah harapan indah
di FLP adalah saya bisa mengasah kemampuan menulis saya.
Menulis untuk sebuah pencerahan, untuk diri saya, dan tentunya
untuk orang lain.
Cita-cita? Tidak muluk-muluk, menjadi seseorang yang berguna
bagi diri saya sendiri, FLP, dan tentunya orang lain pula. Itu
saja. Semoga tulisan ini bisa menggambarkan apa adanya saya.
Semoga Allah pun meridhai upaya saya ini.



Riza Almanfaluthi
http://dirantingcemara.blogspot.com
tepat di menit ke-30
mulai 17.27 s.d. 17.56
(tambah beberapa detik untuk sedikit editing)

No comments: