NYAR’I ITU BERKAH
NYAR’I ITU BERKAH
Dua wanita yang saya kenal ini fotonya terselip di antara foto-foto yang terpampang pada satu halaman penuh iklan salah satu perusahaan asuransi syariah terkemuka di Indonesia. Dua wanita yang pernah saya ceritakan dulu setahun lalu pada tulisan saya yang berjudul: Memilih di Antara Dua Wanita (tepatnya di http://10.254.4.4/isi_partisipasi.asp?dsh=4875). Mereka masing-masing mendapatkan penghargaan Diamond dan Silver Club Member Agency. Hebat euy, fotonya jadi dikenal ke seluruh Indonesia.
Perempuan yang mendapatkan penghargaan Diamond—sebut saja Sumaryanti –saya mengenalnya walaupun belum pernah deal closing dengannya. Sedangkan sosok satunya lagi yang mendapatkan penghargaan silver, Lasmawati, saya sudah menitipkan dua asuransi pendidikan anak saya melaluinya.
Lalu apa kaitannya dengan saya? Tidak ada sih. Cuma saya merasa bangga saja terhadap mereka dan tentunya dengan perkembangan asuransi syariah ini. Bangga yang diiringi dengan komitmen. Komitmen saya untuk membuktikan bahwa sesuatu yang ”nyar’i” itu membuat berkah selalu teruji di saat banyak para agen asuransi mendatangi saya dan membujuk saya untuk bisa ikut programnya. Selalu pertanyaan ini yang keluar dari mulut saya: ”syariah atau konvensional?”.
Bila yang terakhir, maaf-maaf saja saya sudah menolaknya sedari awal agar ia tak membuang-buang waktunya untuk mempengaruhi saya beralih dari syariah, walaupun sudah jelas keuntungan yang didapat dari asuransi syariah lebih kecil dibandingkan yang konvensional. Namun demikian, setidaknya untuk saat ini—saya berharap pula sampai akhirnya—ada sesuatu yang tidak bisa dibandingkan dan tak bisa terlampaui walaupun dengan seribu keunggulan asuransi konvensional: keberkahan. Itu saja.
Wujudnya apa? Yah, semisal lancarnya pembiayaan pendidikan anak saya, ketenangan dan kedamaian dalam mendidik mereka, hingga harapan akhir adalah hasil yang didapat: menjadi orang yang sukses dalam mengarungi samudera ilmu. Tidak muluk-muluk. So, nyar’i itu berkah.
Maraji: Republika, Kamis 22 Pebruari 2007.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
22 Pebruari 2007. 11:39
”tiba-tiba teringat, rumah saya masih
dicicil konvensional selama 9 tahun lagi. duh...”
No comments:
Post a Comment