19 April 2007

ASLI DERMAYON

ASLI DERMAYU

Saat akan kembali ke Jakarta, Ibu bersikeras membawakan kami oleh-oleh untuk dibagikan ke tetangga-tetangga kami. Sebenarnya bukannya tidak suka kami dibawakan semua itu tapi karena bawaan kami sudah banyak dan khawatir ribet di sepanjang perjalanan dengan kereta api pada saat puncak arus balik Sabtu kemarin.
Tapi karena Ummu Haqi juga tidak keberatan untuk menerimanya—dan tentu pula membawanya—maka otomatis jadi juga saya membawa satu kardus oleh-oleh khas Indramayu; buah mangga asli Indramayu dari daerah sentranya Desa Segeran. Tapi pada akhirnya tetap saya yang membawa beban itu berupa tiga tas pakaian dan satu kardus. Berat euy…
Ngomong-ngomong tentang buah mangga ini, mungkin ini satu-satunya yang bisa saya banggakan dari Indramayu selain pandangan negatif tentang daerah di pantura ini. Tentang kawin cerainya-lah, tentang wisata plusnya (Anda tahu sendiri lah…), tentang kemiskinannya dan lain-lainnya. Walaupun saya tidak suka mangga dan tidak punya pohonnya di kampung sana tapi saya bilang kepada setiap orang yang saya beri: “ini benar-benar asli dari Indramayu loh…”
Soalnya statemen ini perlu untuk meyakinkan bahwa buah yang kami bawa ini beda banget dengan buah mangga berlabel “Indramayu” yang dijual di pinggir jalanan Jakarta atau yang diasongkan di kereta rel listrik Jakarta-Bogor. Rasanyalah—ini bukan kata saya tapi kata Ummu Haqi—yang membedakannya. Dan katanya pula yang membuat beda adalah karena pohon mangga itu ditanam di Indramayu—dekat pantai dan tanahnya bergaram, soalnya walaupun bibitnya asli dari Indramayu juga tapi kalau tidak ditanam di Indramayu, rasanya akan beda pula. Tidak senikmat dan selezat aslinya.
Anda mau merasakan nikmatnya? Kalau Anda bepergian di sekitar Pantura sempatkan mampir di Jatibarang karena di sepanjang jalan ada warung-warung yang menjajakan beragam jenis buah mangga—bapang, susu, golek, apel, arummanis, dll. Kalau punya waktu lebih maka kunjungilah desa Segeran yang letaknya sekitar 15 km arah timur Jatibarang menuju Karangampel, karena di sana Anda akan melihat betapa di setiap rumah penduduk desa terlihat pohon mangga yang berbuah banyak sampai menjuntai-juntai ke tanah. Uih...menyenangkan sekali untuk dilihat dan dinikmati tentunya.
Allohuta’ala a’lamu bishshowab.

Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
08:06 30 Oktober 2006

No comments: