MEMOAR AGUSTUS 1966
Wednesday, May 10, 2006 - MEMOAR AGUSTUS 1966
Memoar Agustus 1966
Saudaraku,
pada baju penjara dan kopiah putih lusuh
yang kau pakai pada hari itu
pada tubuh kurus
yang menopang seonggok jiwa lurusmu
pada setiap langkah tegar
yang kau gerakkan dari kakimu
menuju tiang gantungan
di apit dua algojo
dengan tali besar menghias di leher
lalu jenak batas memisahkan
sungguh
ada jejak tertinggal bagi dunia
bagi manusia
untuk bernaung di bawah KalamNya.
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
20:19 09 Mei 2006
***
Syair di atas adalah balasan sebuah puisi di bawah ini yang ditulis seorang al-akh. Pula sekadar memuliakan dan memenuhi hak-hak seorang ulama yang berjuang dan syuhada yang telah berjihad.
Akhi
Saudaraku engkau merdeka, meski berada di balik jeruji penjara
Saudaraku, engkau merdeka meski diborgol dan dibelenggu
Bila engkau pada Allah berpegang teguh
Maka tipu daya musuh tidak membahayakanmu
Wahai saudaraku, pasukan kegelapan akan binasa
Dan fajar baru akan menyingsing di alam semesta
Lepaskan kerinduan jiwamu
Engkau akan melihat fajar dari jauh telah bersinar
Saudaraku, engkau jangan jenuh berjuang
Engkau lemparkan senjata dari kedua pundakmu
Siapakah yang akan mengobati luka-luka para korban
Dan meninggikan kembali panji-panji jihad?
((Asy-Syahid Sayyid Quthb)
[maraji: mereka yang telah pergi]
No comments:
Post a Comment