puisi yang muda yang naif
25.7.2005 - puisi yang muda yang naif
Dalam sebuah milis, seseorang dari Amsterdam mengirimkan sebuah puisi pemberontakan. Sayang saya lupa menyimpannya dalam flashdisk, sehingga tidak bisa menampilkannya disini. Intinya: bahwa sastra tidak bisa dibelenggu oleh apapun dan siapapun. Art is Art. Tapi sesungguhnya kalau kita merasa diri ini mengakui adanya hukum Allah maka seni adalah ibadah, pure. An sich. Tidak lebih dan tidak kurang.
Hingga akhirnya saya membuat puisi balasan untuknya, silahkan nikmati saja.
puisi yang muda yang naif
*********
Bisa saja kau bersuara lantang
bertanya
dimana adanya Tuhan
sampai suara habis
dengungkan posmo
sebagai ritual harian layaknya kitab suci
bisa saja kau bersuara lantang
kita sholat man (ditambah suatu tanda yang bergabung dengan angka satu
dalam satu tuts keyboard sekali saja)
tapi pikiran khusuk penuh wanita-wanita telanjang
bisa saja kau bersuara lantang
aku orang beriman man (ditambah suatu tanda yang bergabung dengan angka
satu dalam satu tuts keyboard sebanyak 999 kali)
tapi itu perlu diuji dan bukti
namun bagaimana bisa lulus
kalau masih bermimpi seksi
tebarkan seruan pada semua orang:
hei lihat, aku dekat dengan Zina
lihat aku sedang berzina,
nikmati saja kawan
bisa saja kau bersuara lantang
teriakkan kebebasan layaknya elang penguasa langit
tapi silakan kau hidup dimana hukum Tuhan tidak berlaku untukmu (emang
ada?)
naif
(bang naip, preman kampung depan komplek mati lehernya digorok setelah
pulang dari Bongkaran--Poskota)
atau silakan kau nikmati istidraj-Nya
sampai akhir itu tiba
dan hanya penyesalan menjadi kulitmu
dedaunan di ranting cemara
hanya di CITAYAM saja, 01.07 , 23 Juli 2005
menjura dengan pinta maaf yang tiada terkira pada semua
ampuni aku Ya Allah.
ps.
telah datang malaikat Jibril kepada Rosululloh dan berkata:
Ya Muhammad, hiduplah engkau sesukamu tapi ingatlah
sekali waktu engkau akan menjadi mayit;
cintailah orang yang kau cintai tapi ingatlah engkau akan berpisah
dengannya;
berbuatlah sesuka hatimu tapi sekali masa kau akan diminta
pertanggungjawabanmu dihadapan Allah.
(HR Imam Baihaqi)
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
No comments:
Post a Comment