09 April 2007

kamar-kamar hatimu

22.7.2005 - ~~~kamar-kamar hati~~~

kamar-kamar hatimu


Suatu malam yang hangat, saat aku merasa butuh banyak informasi maka tersambunglah aku segera dengan dunia maya. Ada yang terbersit cepat di benak tentang azimah rahayu, jadi kusapa paman google dan kutanya padanya, hasilnya sungguh mengejutkan, mungkin beratus halaman web tentang dirinya (tak sempat kuhitung, hemat pulsa).

Sampai kutertarik pada sebuah halaman website pribadi Unisah Raniyah. Kuklik saja. Oh… ia membicarakan tentang sebuah kamar hati. Ia teringat tulisan azimah rahayu, begini ceritanya:

…terhadap mereka , saya buatkan kamar-kamar di dalam hati saya. Masing-masing memiliki kamarnya sendiri, masing-masing memiliki kedudukannya sendiri. Tak tergantikan. Dan setiap kali mereka pergi dari hidup saya, pintu kamar mereka saya tutup rapat dan saya kunci, tak boleh ada yang mengisi. Sewaktu-waktu saya akan menengoknya dengan segala kenangan yang kami lalui bersama, hingga jika suatu saat mereka kembali saya tinggal membuka pintu kamar hati ini dan membiarkan mereka masuk.

Sedang Uni punya pendapat sendiri tentang kamar hatinya:

Bukan kamu yang memutuskan untuk meninggalkan kita yang dulu, bukan pula aku. Ternyata masing-masing kamar di hati kita mempunyai pintu yang cuma kita yang tahu kombinasi angkanya. Dan di dalam ruangan itu ternyata masih tersimpan rapat lukisan-lukisan kenangan berpigura emosi , perasaan hati, dan curahan jiwa yang cuma kita paham tinggi nilainya. Cieee.....

Ada lagi tentang kamar hati dari seorang sahabat yang mengirimku via email tentang renjana hatinya. Kali ini ia menyekat hatinya menjadi sebuah ruang. Mau tahu apa yang ia ungkapkan, ini dia:

Maha Suci Allah yang telah Menciptakan HATI, meskipun hanya sekeping tetapi dia adalah raja. Dalam hati Fahima terdapat ruang-ruang. Salah satu ruang itu adalah ruang yang istimewa. Tapi bukan yang teristimewa. Tapi Fahima senang dengan ruang itu. Ruang itu dipenuhinya dengan bunga-bunga yang diharapkan dapat memperindah dan menyejukkan jika Fahima lagi masuk kesana. Fahima mengharapkan ruangan itu kelak bisa menolongnya di akhirat kelak. Ruang itu dibuka awalnya kurang lebih dua tahun yang lalu. Penghuni pertamanya adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Penghuni keduanya adalah seorang laki-laki.

Pada awal tahun ini, ruangan itu ternyata bertambah penghuninya. Seorang laki-laki dan keluarganya. Sebenarnya Fahima sudah menyiapkan ruangan khusus untuk sang laki-laki itu. Meskipun ruangan itu belum dibuka, sekadar dipersiapkan. Tapi ternyata dia telah menjadi penghuni hati-hati yang lain yang tentu juga menyayanginya. Yah ruangan khusus itu gak jadi dibuka deh. Tapi insya Alloh akan terbuka dan Wallohu A’lam siapa nanti yang akan menghuninya.

Subhanalloh, aku terkagum-kagum pada metafora mereka tentang sebuah hati yang mereka miliki dan kenali lebih dalam seluk beluknya, serambinya, atau selasarnya. Ketika aku membaca pertama kali kamar hatinya azimah rahayu, terasa lebih familiar, terasa aku pernah mengenal kamar itu. Akhirnya kuteringat tentang kamar hati Fahima. (sekarang ia sudah memastikan penghuni hatinya, insya Allah untuk yang terakhir katanya).

Dan aku hampir memastikan bahwa kamar-kamar hati mereka penuh dengan bunga-bunga cinta. Betul tidak…..?

Kata Unisah: “cinta bisa menjadi api saat kau kedinginan, menjadi sepoi saat kau kegerahan, menjadi penegak disaat kau kelelahan, menjadi penuntun disaat kau kebutaan.” Sedang Fahima bilang: “Jika kamu mencintai, maka sembunyikan, jaga, dan pelihara cinta itu”.

Kalau azimah sendiri bilang apa? Wah, sampai saat ini saya belum banyak membaca karyanya, jadi belum kutemukan definisinya. Tapi aku kira apa yang ia tulis semua karena cinta. Itulah definisinya. Dalam kesendirian kadang mempunyai kekuatan yang bisa menghasilkan karya cinta luar biasa.

Satu keyakinan utuh tentang kamar-kamar hati mereka tak semata-mata berisi cinta pure tanpa mengerti hakekatnya itu sendiri. Karena mereka pasti tahu siapa sih yang memberikan mereka cinta. Tentu Sang Maha Pemberi Cinta. Jadi semua cinta mereka itu adalah dalam rangka menaiki tahapan-tahapan cinta menuju puncak ketinggian dari cinta yakni tatayyum. Semata-mata karena-Nya. Semua untuk-Nya. Betul tidak…?(lagi-lagi AA Gym bertanya). Hingga Fahima pun mengharapkan ruangan itu kelak bisa menolongnya di akhirat kelak.Coba setinggi itukah harapan kita?

Oh ya dari tadi aku melihat kamar-kamar hati mereka dari perspektif gender. Aku jadi lupa untuk memperkenalkan isi kamar hatiku, yang kutahu hatiku ber-evolusi hanya sampai menjadi sebuah relung pada sebuah rajah cinta yang kutulis untuknya (lady semarang):


masih ada tepi pantai

yang tergores indah di pasirnya

suatu kata tentang cinta

antara nyala hatiku dengannya


namun sapuan ombak sore

selalu bergegas untuk menghapusnya

hingga tak ada sedikitpun tersisa

menjadi serpihan mimpi penghias malam


sungguh tak tahukah engkau?

sedang aku masih terduduk di sini

memandang cakrawala di ufuk barat

dengan percikan air laut yang meratap

di ujung jemari kakiku

dengan tangan yang menggenggam takdir adanya ia


tersadar engkau masih di sana

bersama sekelebat warna yang lain

atau memang kau belum temukan pula

hati penuh rajah cinta yang terlahir

hanya untukmu?


yang pasti

di sini aku masih termangu

dengan angin malam yang menjilati

relung-relung kalbuku

sedang engkau, entahlah...

(13 Mei 2003).


Coba, hanya sampai di situ saja, hanya beberapa bait, sedang Unisah sambil mengutip Sakti Wibowo sampai bilang: Lukislah Cinta.

Ah, cukuplah sampai di sini aku menerawang kamar-kamar hati. Aku bukan Pecinta (ah, masa?), maksudku aku belum bisa menggali kedalaman cinta hingga batas tertentu selayaknya mereka (azimah, unisah, fahima) gali. Tak apalah aku menjadi kenek, ajun, asisten, atau apanya mereka. Tapi maaf, aku bukan pengemis cinta (maaf kang Johny, aku kutip lagi nih…).

So, two thumbs for them, for their chambers of heart.
Allohua’lam.

riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
di ramadhan yang lalu
dengan sedikit revisi
kalibata 14:18 22 Juli 2005

No comments: