menoreh di kacanya, die...(2)
Monday, June 20, 2005 - menoreh di kacanya, die...(2)
saat kenangan kembali merasuk sukma
tak ada yang dapat menghalangiku mengenangmu
tentang jalanan yang menghiba
tentang pepohonan yang mengayun tiada henti
tentang derit ban yang tiada pernah menyerah
sepanjang sore
sesudah itu berpikirlah:
sudahkah kau tanya pada dirimu sendiri, die...?
jangan kau ragukan tentang kata yang telah kurangkai
kata demi kata
paragraf demi paragraf
di sepanjang perjalananmu itu
jangan kau hapus bekas hembusan nafasmu di kaca
biarkan ia menjadi saksi perenunganmu
sesudah itu berpikirlah:
sudahkah kau tanya pada dirimu sendiri, die...?
jadikan apa yang telah kutulis tentang
"menoreh di kacanya, die..."
sebagai sebuah hikayat dari negeri antah berantah
yang tak dapat kau temukan di segala macam referensi
sedangkan aku masih teringat akhir perjalananmu
dengan kayuhan abang becak yang terhenti di depan rumahmu
setelah itu kau jalani begitu saja akhir pekanmu
dan gundah yang menggunung hilang di sepanjang curahan hati
pada yang mencintaimu sepanjang hidup
aku merasakan apa yang kau rasakan
tapi itu dulu, bertahun sudah
walaupun terkadang tiba-tiba ingatan itu
menyengat labirin memoriku...
dan segera kuhapus
karena kau telah berbeda...
yah, kau telah berbeda.
***
riza almanfaluthi
dedaunan, di sepanjang ranting cemara, 20 Juni 2005
No comments:
Post a Comment