06 April 2007

Guru Kehidupan Dan Sebuah Kenangan

28.6.2005 - Guru Kehidupan Dan Sebuah Kenangan
Kepada sahabat istriku:

azimah rahayu


Tadi malam saya sempat membaca emailmu, tentang seorang guru ‘kehidupan’. Saya sempat tanyakan pada Istriku, sebagai salah satu mantan muridnya, “apa istimewanya seseorang sepertinya...?” Dia menjawab, "ia adalah orang yang bisa menjaga hatinya." Deg....jawaban itu menohok jantung pemikiranku. Sampai aku terdiam sesaat.

Hingga aku berpikir, hati adalah kemudi dari sebuah kapal besar bernama kehidupan kita masing-masing. Bila kita salah membelokkannya maka yang kita dapat adalah orientasi yang hilang arah. Maka terpujilah orang yang bisa menjaganya. Yang bisa menjaga hati dari segala apa yang akan membuatnya kelabu bahkan hitam mengelam, layaklah ia adalah orang yang berusaha untuk meraih cinta pada Sang Maha Pemilik Cinta.

Wuih…ironi sekali dengan apa yang kumiliki di hati ini. Bahkan aku tak sanggup menengok dan mengira seberapa kelamkah hati ini terkotori bayang-bayang semu duniawi. HIngga bait-bait doa di lima waktunya pun malu-malu aku haturkan:

Ya muqollibal qulub, tsabit qolbi ‘ala tho’aatik, tsabit qolbi ‘ala syari’atik, tsabit qolbi ‘ala da’watik.

Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada ketaatan kepadamu, tetapkanlah hatiku pada syari’atmu, tetapkanlah hatiku pada dakwahmu.

Sungguh, ceritamu membawaku kembali kepada penyadaran.

Emailmu lagi, tentang sebuah ‘kenangan’, pun merayuku untuk merajut ulang memori. Bahkan apa yang aku akan ceritakan untukmu selama sepekan dalam pengelanaan ke Jurangmangu, sudah semuanya kau tulis. Dari hamparan dhuha, melihat sosok-sosok mengalunkan ayat-Nya, sampai pada kata deja vu itu, sudah kau tulis di sana. Ya sudah, itu cukup untuk mengobati rasa rinduku.

Namun ternyata pagi ini rindu itu belum tuntas sampai aku angkat telepon menanyakan kabar pada ‘guru kehidupanku’ di Makasar sana. Empat tahun sudah ia keluar dari BPKP, dan bergabung di sebuah grup perusahaan besar milik putera daerah.

“Guru dan Kenangan”-mu cukup indah kubaca dan menjadi file yang akan disimpan di rak-rak memoriku. Tenang saja kapasitas sejuta gigabyte-ku masih dapat menampung file-file itu. Insya Allah, takkan terlupa.



'abdurrahman (sebaik-baik nama)



riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara, 28 Juni 2005, 11.05 WIB

No comments: