Senyum Sore
Sebentar lagi waktu sudah menunjukkan dirinya pada angka 5. Tak henti-hentinya matahari senja menyorotkan sinarnya yang mulai redup. Melewati kisi-kisi jendela. Siluetnya yang terpantul dikaca memesonaku. Apalagi palem di depan mulai menggerak-gerakkan dahannya, menjawab sapa angin sore. Masih indah terasa...
Semua bersiap untuk melaksanakan satu ritual wajib. Yakni menggosokkan salah satu jemarinya di atas scanner, pertanda sebuah tradisi terlaksana. Pada akhirnya terjawab dengan tiada potongan apapun pada take home pay.
Setelah itu semua sibuk dengan urusan masing-masing, langsung pulang ke rumah, ke kampus, atau tempat tongkrongan lainnya. Atau bagi mereka yang masih mencintai kantor ini, maka ia pun akan pulang saat malam mulai menyalak sengit pada setiap orang. Ingat...tanpa ada bayaran tambahan.
Oke..., selamat tinggal hari ini. Sudah cukuplah saya mengisi hidup ini. Sudah saatnya aku segera melakukan ritual itu. Sudah saatnya aku memeluk suasana lain. Dan mengharap ada sesuatu yang membuatku berbeda, dengan nilai tambah di hadapan-Nya.
Selamat tinggal, kawan....
Selamat tinggal, sore......
Semoga kita bertemu di esok hari, dengan senyummu yang menawan mengombak dihadapanku.
...............................................
nb: tiba-tiba hatiku nelangsa...
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara, 29 Juni 2005
No comments:
Post a Comment