Memotret SBY dan berpose dengan Nurmahmudi Ismail, Anggota DPR RI, dan Menteri Pertanian
Monday, August 1, 2005 - Memotret SBY dan berpose dengan Nurmahmudi Ismail, Anggota DPR RI, dan Menteri Pertanian
Di acara penutupan Munas I Partai Keadilan Sejahtera yang diselenggarakan hari Ahad kemarin tanggal 31 Juli 2005, saya berkesempatan untuk memotret dengan bebasnya Bapak Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono dari sisi kanan panggung.
Tidak hanya itu dengan kamera amatir Sony DSC-VI saya dapat mengambil gambar para petinggi partai, para ustadz-ustadz tercinta seperti Ustadz Hidayat Nurwahid, Habib Segaf al Jufri, Ustadz. Anis Matta, Ustadz Hilmi, Ustadz Muhammad Kasuba, Ustadz Mahfudz Sidiq dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dan tidak lupa pula saya mengambil gambar dua menteri PKS di cabinet SBY yakni Pak Anton dan Bapak Menteri Perumahan Rakyat. Sayangnya saya tak sempat mengambil gambar Adhiyaksa Daul—Menteri Pemuda dan Olahraga, karena beliau dengan santainya duduk di barisan belakang, juga langsung pergi ketika acara sudah selesai.
Yang paling mengesankan adalah saya sempat berpose dengan Mantan Menteri Kehutanan Republik Indonesia dan pemenang pemilihan kepala daerah langsung Kota Depok yakni Nurmahmudi Ismail. Sayangnya saya pun tak sempat berpose dengan Presiden PKS Ustadz Tifatul Sembiring dan Ketua MPR Hidayat Nurwahid karena begitu banyaknya orang yang berkeinginan untuk berpose bersama dengan mereka.
dari kanan ke kiri: Ustadz. Budi Darmawan (Anggota DPR RI), Ustadz Nurmahmudi Ismail (Walikota Depok), daun yang mulai membusuk,
duduk : Bapak Anton (Menteri Pertanian RI).
belakang: Ustadz Musyaffa, Lc. (Berpeci Putih)
Saya melihat ada banyak hal yang menarik dari peristiwa potret memotret ini, yang pertama adalah tidak adanya prosedur kaku yang menghalangi para fotografer profesional ataupun amatir dalam mengambil gambar. Yang kedua adalah rasa cinta mereka—para peserta penutupan munas—yang begitu besar kepada para petinggi partai dan ustadz-ustadz mereka yang ditunjukkan dengan keinginan untuk berpose bersama. Dan ketiga adalah—ini yang penting—para petinggi partai dan ustadz pun dengan relanya memenuhi keinginan para kadernya untuk berpose bersama tanpa adanya rasa enggan di wajah mereka dan protokol yang kaku. Subhanallah. Tergetar sudah hati ini.
Akhirnya saya menikmati peran saya sebagai fotografer amatir kelas kacangan dengan potret sana dan sini. Tapi sayangnya di zaman digital ini bukan masalah filmnya yang habis—karena saya sudah mempersiapkan cadangan memory stick, namun daya baterai yang cepat habis dan tidak adanya cadangan pada saya, hingga tidak dapat bereksplorasi lagi. Tapi setidaknya saya sudah mengambil 105 gambar dalam acara munas tersebut.
Mengesankan, dan ada satu keinginan terpendam yang timbul yakni jadi fotografer professional dengan menenteng kamera Nikon yang ber-zoom panjang itu, karena dengan kamera yang hanya 4x optical zoom ini tidak dapat mengambil objek dari jauh. Tapi untuk memenuhi keinginan itu mahal sekali dan cuma mimpi. Biarlah bermimpi selagi mimpi belum jadi objek pajak.
By the way, terimakasih kepada seorang teman yang telah meminjamkan kamera Sony DSC V1-nya, sungguh hanya Allah-lah yang mampu membalas semua kebajikan Anda ini dengan kebajikan yang berlipat ganda.
Terimakasih kawan, hari ini saya bahagia.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
di antara Snada yang berpose untukku
16:52 31 Juli 2005
No comments:
Post a Comment