10 April 2007

lontar dari Kadipaten Depok

Monday, August 8, 2005 - lontar dari Kadipaten Depok

:buat Mapatih Gajahmada



Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang tuan yang bukanlah tuan

kalaulah belum tahlukkan negeri Sunda

satu negeri yang akan membuat tuan

akhiri sumpah palapamu

memulai nikmatnya dunia tidak sebatas mutih


Mapatih, haturkan hamba berkidung

tentang sebuah kidung Sundayana

melarut dalam berlonta-lontar Negarakertagama

yang belum sempat terbaca olehTuan

kerana Prapanca membuat titiknya

saat tuan telah tiada kekal


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang Diah Pitaloka Citaresmi puteri Sri Maharaja

yang datang membawa bangga ke hadapanmu tuan

tanpa ribuan pedang, tombak, perisai,

bahkan genderang tambur


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang tuan yang bukanlah tuan kalaulah tuan

bersikeras cantiknya adalah hadiah

dan tetaplah hadiah

jikalau ia bukan hadiah

maka pastilah pinangan buat Tuannya Tuan


Mapatih haturkan hamba bercerita

tentang jikalau ia bukan hadiah

maka tak ada Bubat yang memerah darah

maka tak ada Maharaja yang berkalang tanah

maka tak ada Diah yang berkeris di dada


Mapatih haturkan hamba bercerita

tentang kepedihan hati

Tuannya Tuan Sri Rajasanagara

merenggut selendang cantik tak bertuan lagi

hingga akhir hayat memendamnya di Tayung, Brebek,

tempat hamba memungut nafas pertama hamba


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang dendam yang turun temurun

hingga hamba tak sanggup menegakkan muka

di tatar sunda yang telah tuan curangi

yang telah tuan kangkangi


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang membawa bala dari tuan

tentang hamba adalah putera

para piningit Sitinggil Binaturata

bahkan sebelumnya:Singhasari dan Kadiri


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang menjadi tumbal keserakahan tuan

hingga hamba terbalut kain jijik

dari mata-mata penerus tatar Sunda

hingga hamba tak layak untuk menjadi Adipati mereka


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang selalu bertanya

seberapa menyakitkan perbuatan tuan

hingga sampai merasuk dalam

pada alam bawah sadar mereka

hingga menggendam pada banyak anak pinak

bahwa hamba adalah bagian Tuan

bagian pusaka jaya masa lalu


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang selalu bertanya

dapatkah hamba menyalahkan tuan

karena hamba mengalami ketidakadilan

yang pernah menimpa mereka 648 tahun lampau


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang kini tak layak dan tak sepatutnya

menyilih angkaramu kerana hamba

adalah milik Sang Maha Pemilik jiwa Tuan

maka hamba pun sudah sepatutnya berjuang

dengan sepenuh tenaga hamba

layaknya mereka menghadapi Tuan


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang hamba yang memastikan kisah

tak ada maharaja berkalang tanah

tak ada diah berkeris di dada

tak ada selendang beramis cempaka

kerana tahta sebenarnya bukanlah begitu rupa

hakikinya adalah ia berdiri tegak

di atas keadilan yang nyata


Mapatih, haturkan hamba bercerita

tentang bahwa ini adalah sekadar kepedihan hati hamba

bahwa hamba menulis di lontar terakhir ini

semoga Tuan sempat membaca

di sela-sela kesibukan tuan

di sana



dari hamba:

Bhre Noermahmudi

Depok, Minggu Legi 03 Rejeb 1938




riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara

di antara istighosah Kubro—bukan Qubro

22:08 Ahad, 07 Agustus 2005

No comments: