lontar dari Kadipaten Depok
Monday, August 8, 2005 - lontar dari Kadipaten Depok
:buat Mapatih Gajahmada
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang tuan yang bukanlah tuan
kalaulah belum tahlukkan negeri Sunda
satu negeri yang akan membuat tuan
akhiri sumpah palapamu
memulai nikmatnya dunia tidak sebatas mutih
Mapatih, haturkan hamba berkidung
tentang sebuah kidung Sundayana
melarut dalam berlonta-lontar Negarakertagama
yang belum sempat terbaca olehTuan
kerana Prapanca membuat titiknya
saat tuan telah tiada kekal
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang Diah Pitaloka Citaresmi puteri Sri Maharaja
yang datang membawa bangga ke hadapanmu tuan
tanpa ribuan pedang, tombak, perisai,
bahkan genderang tambur
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang tuan yang bukanlah tuan kalaulah tuan
bersikeras cantiknya adalah hadiah
dan tetaplah hadiah
jikalau ia bukan hadiah
maka pastilah pinangan buat Tuannya Tuan
Mapatih haturkan hamba bercerita
tentang jikalau ia bukan hadiah
maka tak ada Bubat yang memerah darah
maka tak ada Maharaja yang berkalang tanah
maka tak ada Diah yang berkeris di dada
Mapatih haturkan hamba bercerita
tentang kepedihan hati
Tuannya Tuan Sri Rajasanagara
merenggut selendang cantik tak bertuan lagi
hingga akhir hayat memendamnya di Tayung, Brebek,
tempat hamba memungut nafas pertama hamba
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang dendam yang turun temurun
hingga hamba tak sanggup menegakkan muka
di tatar sunda yang telah tuan curangi
yang telah tuan kangkangi
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang membawa bala dari tuan
tentang hamba adalah putera
para piningit Sitinggil Binaturata
bahkan sebelumnya:Singhasari dan Kadiri
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang menjadi tumbal keserakahan tuan
hingga hamba terbalut kain jijik
dari mata-mata penerus tatar Sunda
hingga hamba tak layak untuk menjadi Adipati mereka
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang selalu bertanya
seberapa menyakitkan perbuatan tuan
hingga sampai merasuk dalam
pada alam bawah sadar mereka
hingga menggendam pada banyak anak pinak
bahwa hamba adalah bagian Tuan
bagian pusaka jaya masa lalu
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang selalu bertanya
dapatkah hamba menyalahkan tuan
karena hamba mengalami ketidakadilan
yang pernah menimpa mereka 648 tahun lampau
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang kini tak layak dan tak sepatutnya
menyilih angkaramu kerana hamba
adalah milik Sang Maha Pemilik jiwa Tuan
maka hamba pun sudah sepatutnya berjuang
dengan sepenuh tenaga hamba
layaknya mereka menghadapi Tuan
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang hamba yang memastikan kisah
tak ada maharaja berkalang tanah
tak ada diah berkeris di dada
tak ada selendang beramis cempaka
kerana tahta sebenarnya bukanlah begitu rupa
hakikinya adalah ia berdiri tegak
di atas keadilan yang nyata
Mapatih, haturkan hamba bercerita
tentang bahwa ini adalah sekadar kepedihan hati hamba
bahwa hamba menulis di lontar terakhir ini
semoga Tuan sempat membaca
di sela-sela kesibukan tuan
di sana
dari hamba:
Bhre Noermahmudi
Depok, Minggu Legi 03 Rejeb 1938
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
di antara istighosah Kubro—bukan Qubro
22:08 Ahad, 07 Agustus 2005
No comments:
Post a Comment