KUBURAN BAGI PARA KECOA (Hancurnya Lemari Kami)
Wednesday, February 1, 2006 - KUBURAN BAGI PARA KECOA
(Hancurnya Lemari Kami)
Lemari buku yang terbuat dari partikel kayu itu sudah tidak bisa menahan berat isi di dalamnya. Betapa tidak ratusan judul buku kepunyaan saya, Haqi, dan Ayyasy semuanya dimasukkan jadi satu.
Tentu saja lemari yang saya beli sekitar dua tahun lalu itu tidak bisa memuat semuanya. Sedangkan masih banyak lagi buku yang tercecer di sekitar rumah. Di buffet kamar utama, di meja komputer, di ranjang, di atas televisi, dan dimana-mana.
Dan sepertinya saya sudah benar-benar putus asa dalam mengelola perpustakaan pribadi ini. Dulu saya pernah menyusunnya dengan rapih, membuat database , dan membuat penomoran, tapi usaha itu tidak dilanjutkan lagi karena semakin banyaknya jumlah buku yang saya beli.
Di tengah kesibukan saya pun, akhirnya buku-buku perpustakaan yang ada di lemari itu terabaikan begitu saja oleh saya. Jarang dibersihkan dan jarang ditata lagi supaya apik dipandang mata, tidak semrawut seperti sekarang ini.
Ternyata dengan ketidakteraturan dalam penataan perpustakaan ini menyebabkan saya harus berpikir dua kali untuk membeli buku. Nah, padahal banyak sekali buku yang ingin saya beli. Dan saya pun tidak ingin hanya karena itu hobbi berburu dan membaca buku terhalang karena masalah ini belaka.
Jadi sudah saatnya saya harus kembali menata buku-buku itu. Kembali menata dan memperbaiki lemari itu supaya tidak rusak parah. Pintunya yang sudah berteriak kencang kalau dibuka perlu diolesi dengan minyak agar tidak bunyi lagi. Baut penyangga papan pun harus di pasang kembali agar bisa menahan beban buku di atasnya. Papan triplek sebagai penutup bagian belakang lemari pun sudah jebol sehingga perlu dipaku kembali.
Bila tidak diperbaiki segera, saya khawatir rayap-rayap dengan mudahnya merusak harta benda saya itu. Sedangkan di saat sekarang para kecoa sudah beranak pinak di sana, bahkan kadang sampai menjadi bangkai kering dan lemari itu pun menjadi tempat yang cocok untuk kuburan para kecoa.
Dan yang penting saya harus mendisiplinkan diri saya dan seluruh penghuni rumah untuk tidak menaruh benda-benda selain buku di dalam lemari itu. Karena pada kenyataannya banyak sekali barang-barang yang tidak ada kaitannya dengan dunia membaca ada di sana. Seperti mainannya dua prajurit kecil, bahkan palu, gunting asyik saja bertengger.
Juga saya harus menyediakan tempat khusus buat buku-buku milik Haqi dan Ayyasy sehingga tidak tercampur dengan buku saya. Setidaknya dengan ini dapat mengurangi beban yang ada.
Nah, yang jadi masalah selanjutnya adalah bila setelah lemari itu diperbaiki, dan isinya ditata kembali, kemudian ternyata masih banyak buku yang tercecer di luar, apakah saya harus membeli lemari buku satu lagi? Sedangkan rumah saya yang sempit sudah penuh dengan banyak barang.
Belum lagi harga lemari barunya yang sekarang sudah pasti jauh sekali dengan harga dulu sebelum kenaikan bahan bakar minyak sebanyak tiga kali itu. Atau apakah perlu solusi untuk memperluas rumah? Wah, tambah mahal lagi biayanya, tahu sendiri kan harga bahan bangunan sekarang ini melonjak hampir lebih dari 50% dari harga semula. Atau dengan cara lain?
Setelah dipikir-pikir ternyata biaya yang dikeluarkan supaya lemari buku tidak hancur dan tidak dijadikan kuburan bagi para kecoa mahal juga. Tapi kembali pada niat semula menjadikan buku-buku saya sebagai warisan tak ternilai buat para prajurit kecil, maka harga yang dibayar pun sepertinya tidak seberapa. Betul begitu?
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
14:33 01 Februari 2006
No comments:
Post a Comment