Kisah Sederhana: Sedekah Membawa Berkah
Tuesday, December 13, 2005 - Cuma Kisah Sederhana (2)
Lagi, dengan Indra, setelah di kisah sebelumnya ia menceritakan tentang ban motornya yang ditambal oleh orang yang tak dikenal dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka pada ramadhan yang lalu, kita akan mendengarkan kisah tentang kemudahan-kemudahan yang ia dapatkan, tentang pertolongan yang Allah berikan kepadanya.
Kali ini, saat istrinya mengalami kehamilan yang ketiga kalinya, Indra mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dalam masalah finansial. Sedari awal ditemukannya tanda-tanda kehamilan istrinya itu, ia sudah mulai menabung sedikit demi sedikit. Mulai dari biaya persalinan sampai biaya untuk melestarikan sunnah rasul dengan menyelenggarakan walimatul’aqiqah.
Tiga minggu menjelang hari kelahiran anak ketiganya ini ia didatangi saudara pembantunya, sebut saja Pak Hasan. Karena sedang ditimpa kesulitan, Pak Hasan meminta dengan sangat kepada Indra untuk dapat meminjamkan uangnya. Indra tidak bisa berbohong. Ia mengakui bahwa ia memang mempunyai uang. Tapi sesungguhnya uang itu untuk dipergunakan sebagai persiapan biaya persalinan dan aqiqah.
Pak Hasan mendesak dan memohon kepada Indra untuk dapat membantunya. Ia berkali-kali menegaskan bahwa ia sanggup untuk melunasi utangnya segera. Hati Indra pun luluh. Ia bersedia meminjamkan uang tersebut asal pada saat ia akan melaksanakan aqiqah uang itu sudah ada pada dirinya. Pak Hasan pun menyanggupi.
Kemudian pada hari H, persalinan istrinya tidak begitu berjalan lancar. Setelah beberapa jam dilahirkan kelainan mulai diderita si bayi perempuan ini, kulitnya mulai menguning. Ibu bidan yang membantu proses persalinan sudah angkat tangan dan menyarankan untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Alhasil bayi perempuannya diinap di sebuah rumah sakit ibu dan anak di kawasan Depok. Dengan tabungan yang sudah berkurang ditambah asuransi dari perusahaannya ia memperkirakan dapat menutupi seluruh biaya pengobatan dan rawat inap. Terkecuali untuk biaya aqiqah.
Selagi dia ditimpa kesusahan itu, ia tetap bertekad untuk menyelenggarakan aqiqah pada hari ketujuh. Dan apa yang dijanjikan oleh Pak Hasan untuk mengembalikan uangnya pada saat itu tidak terlihat tanda-tandanya. Indra pun segera mendatangi rumah Pak Hasan. Hasilnya nihil, Pak Hasan tidak sanggup melunasi utangnya pada saat itu, malah menyarankan kepada Indra untuk mengambil harta bendanya sebagai biaya pelunasan utangnya. Apa mau dikata, Indra tidak tega dan tidak mampu untuk melakukan itu. Ia pun pulang dengan tangan hampa. Citanya untuk ber-’ittiba kepada rasul tercinta bakal tidak terlaksana. Cuma satu yang ia yakini sampai detik itu dan detik-detik ke depan, bahwa sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.
Keesokan harinya, selagi ia bersiap-siap untuk pergi menggantikan istrinya menjaga bayinya. Indra didatangi Pak Hasan. Ia mangaku bahwa semalam tidak bisa tidur karena memikirkan utang yang tidak dibayarnya itu. Pak Hasan menawarkan kepada Indra untuk bersama-sama pergi ke kakaknya di kampung sebelah. Di sana kakaknya Pak Hasan akan membayar semua utangnya itu.
Kakaknya Pak Hasan menyambut dengan hormat sekali kepada Indra—yang menurutnya terlalu berlebihan. Sepertinya kakaknya Pak Hasan ini sangat berterima kasih sekali kepada Indra karena telah sudi membantu adiknya itu. Kakaknya menawarkan kepada Indra untuk mengambil dua ekor kambing paling besar yang ada di kandang belakang rumahnya. Katanya ini adalah sebagai pelunasan utang adiknya.
Kalau dihitung dengan uang yang Indra pinjamkan kepada Pak Hasan, dua ekor kambing itu benar-benar melebihi jumlah utangnya. Akhirnya ia membawa kambing-kambing itu ke rumahnya. Satu kambing ia niatkan untuk aqiqah anak perempuannya, sedangkan satunya lagi ia niatkan untuk memberikannya kepada fakir miskin.
Keesokan harinya, setelah beberapa hari di rawat, bayinya mengalami kemajuan kesehatan dan diperbolehkan untuk pulang. Acara aqiqah itu pun segera dilangsungkan dan berlangsung lancar dengan mengundang sanak saudaranya, tetangga-tetangganya, serta fakir miskin.
***
Subhanallah, kesabarannya membuahkan hasil berupa ketaatannya kepada Rasululloh SAW, kemampuannya berinfaq, kesehatan anaknya, serta satu lagi adalah hatinya yang semakin kaya, karena ia sanggup menolong pada saat dirinya dalam keadaan sulit.
Manusia sudah wajar dapat membantu sesama pada saat lapang, walapun demikian masih banyak juga orang yang pada saat lapang tidak berkemampuan untuk membantu sesama, apalagi pada saat dalam keadaan sempit. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita, untuk selalu bertekad dan bersabar dalam melaksanakan sunnah Rosulullah dalam keadaan sempit ataupun lapang, kecil ataupun besar. Setelah itu nantikan saja pertolongan Allah akan datang dari arah yang tidak di sangka-sangka.
Allohu’alam.
riza almanfaluthi
dedaunan di rantig cemara
berusaha menjadi baik
10:02 13 Desember 2005
http://10.9.4.215/blog/dedaunan
No comments:
Post a Comment