Anti Pornografi = Munafik?
Tuesday, January 24, 2006 - Anti Pornografi = Munafik?
Judul di atas adalah judul sebuah tulisan yang dibuat oleh Jonru. Si pemilik nama asli Jonriah Ukur ini mengumpulkan dan menulis tentang argumen-argumen yang selalu disampaikan para penyuka pornografi. Tentunya ada pula jawaban untuk setiap argumen itu.
Saya kira ini bermanfaat sekali untuk menambah wawasan dan meneguhkan keyakinan kita terhadap bahayanya pornografi. Dan sesungguhnya beribu cara Iblis dan jutaan tentaranya untuk mempersiapkan segala tipu dayanya di balik argumen-argumen cantik, indah, dan humanis, tapi sesungguhnya tipu daya mereka adalah lemah:
76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (Annisa 4:76)
Seperti permintaan si penulis sendiri bahwa tentu apa yang diungkap di sini adalah sedikit dari banyak argumen. Oleh karena itu, kalau Pembaca mempunyai argumen lain yang biasa diungkap para penikmat pornografi, mohon untuk di tulis dan diberikan bantahan logis, sederhana, telak, dan menohok. Sehingga mereka tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi, terdiam seribu bahasa, ibarat kata tenggorokan mereka tersedak tidak hanya oleh buah Kedondong tapi juga dengan buah Durian lengkap dengan kulit-kulitnya. (Emang enak...?)
Tulisan ini sedikit saya edit (siap-siap untuk menjadi editor) agar gaya bahasa ngeblognya dan penulisannya sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa mengurangi sedikitpun inti dari apa yang dia ungkap.
Kalau Anda terhubung dengan internet, sila untuk melihatnya langsung di blog Jonru, tepatnya di http://jonru.multiply.com/journal/item/143. Selamat menikmati.
***
Salah satu tudingan yang paling menggelikan dari orang-orang yang propornografi terhadap orang-orang yang anti pornografi adalah: ”MUNAFIK LU!”.
Selain itu, masih banyak argumen-argumen lain yang tak kalah lucunya.
Berikut saya sarikan beserta bantahannya. Jika ada teman-teman yang mau
menambahkan, dipersilahkan ya....
Argumen #01:
Orang yang anti pornografi adalah orang munafik, di satu sisi mereka menentang, tapi di belakang diam-diam menikmatinya
Jawaban:
Para penentang pornografi melakukan aksi kontra seperti itu, bukan
karena mereka tidak suka hal-hal yang berbau seks. Sebagai manusia
normal, tentu saja mereka suka.
Dan justru karena suka itulah mereka menentang pornografi.
Mereka telah tahu dampak buruk pornografi. Mereka tidak mau dampak buruk
itu menimpa orang lain. Karena itulah mereka menentang pornografi.
Info selengkapnya bisa dibaca pada tulisan saya: Saya suka pornografi (http://jonru.multiply.com/journal/item/138 ) Lagipula, sepertinya istilah "munafik" yang Anda gunakan itu tidak tepat.
Mari kita lihat apa pengertian munafik yang sebenarnya: Berdasarkan ajaran Islam, munafik adalah ciri manusia yang tidak taat beragama, tapi dari luar ia mencoba memunculkan kesan bahwa ia sangat alim dan ahli ibadah. Ia juga diam-diam memusuhi Islam dari dalam. Inilah pengertian munafik yang sebenarnya.
Argumen #02:
Majalah Playboy tidak sesuai dengan budaya timur
Jawaban:
Alasan ini biasanya dilontarkan oleh sebagian orang yang anti pornografi. Walau saya sama antinya dengan mereka, saya tidak setuju dengan alasan ini. Budaya adalah ciptaan manusia yang akan terus berubah.
Mungkin saat ini majalah Playboy tidak sesuai dengan budaya timur. Tapi bagaimana kondisi lima tahun lagi? Siapa tahu, majalah yang lebih vulgar dari Playboy pun sudah dianggap sangat biasa. Tahun 1940-an, orang pacaran tak berani bergandengan tangan di tempat umum. Tabu. Tapi kini? Berciuman di depan umum pun sudah biasa.
Budaya, norma masyarakat, dan seterusnya, tidak bisa dijadikan patokan dalam hal ini. Kalau mau menentang pornografi, pakailah ajaran agama (Islam) sebagai patokannya. Ajaran Islam sangat tegas mengenai hal ini, dan tidak berubah sejak dulu hingga kiamat nanti.
Argumen #03:
Majalahnya belum terbit, tapi kok sudah ribut duluan?
Jawaban:
Memang pendapat ini ada benarnya. Tapi dalam kasus Playboy, rasanya tak
ada alasan untuk tidak berpolemik. Memang kita belum melihat bagaimana
medianya, karena ia baru akan terbit Maret 2006 nanti. Mungkin ia akan
dikemas secara lebih elegan, lebih berkelas. Mungkin pula tidak terlalu
vulgar.
Tapi terlepas dari itu semua, rasanya tidak mungkin jika Playboy akan
meninggalkan ciri khas mereka yang mengeksploitasi fisik wanita. Rasanya
tidak mungkin jika Playboy Indonesia akan tampil seperti majalah Gatra
atau Sabili.
Bagaimana pun kemasannya, ada satu hal yang rasanya sangat
pasti. Playboy Indonesia pastilah tetap berisi halaman-halaman yang
mempertontonkan tubuh wanita yang nyaris tanpa busana.
Jadi, masih adakah alasan kita untuk tidak berpolemik, walau majalahnya
belum terbit?
Argumen #04:
Kenapa hanya Playboy yang diributkan? Toh, selama ini sudah banyak media
sejenis yang bertebaran di mana-mana?
Jawaban:
Anda sepertinya jarang membaca koran atau menonton televisi, ya?
Sudah begitu sering para aktivis anti pornografi melakukan aksi demo.
Mereka menentang hal-hal porno seperti itu. Tapi berhubung sekarang
majalah Playboy sedang naik daun, maka kita mempergunakan kesempatan ini
untuk menentang Playboy. Ini hanya masalah momentum. Bukan berarti kami
tidak peduli pada media porno lainnya.
Argumen #05:
Ini tidak porno, kok. Ini karya seni. Tampilannya elegan dan intelek.
Jawaban:
Saya mau jawaban jujur dari Anda, para pria sekalian. Ada foto seorang wanita yang sangat seksi dan tanpa busana, dikemas dengan selera seni yang amat tinggi, bahkan terkesan amat elegan dan berkelas. Apakah kemasan seperti ini berhasil menghilangkan nafsu birahi Anda ketika melihat tubuh si wanita?
Kalau jawaban Anda Ya, okelah. Argumen Anda saya terima
Kalau jawaban Anda Tidak, maka argumen Anda akan saya tertawakan!
Ketahuilai, kemasan yang elit, elegan, dan bercita rasa seni tersebut, hanyalah salah satu upaya untuk menutupi "perasaan bersalah" yang muncul di dasar hati setiap orang yang terlibat di pengelolaan media pornografi.
Argumen #06:
Kalau mau menentang Playboy, berantas dulu majalah-majalah porno yang sudah banyak beredar di Indoensia. Juga VCD porno dan sebagainya.
Jawaban:
Inilah strategi mengelak yang amat menggelikan. kalau kita berteriak: "Kami anti Playboy," maka mereka berkata, "kenapa Anda tidak melarang VCD porno yang duluan ada?
Kalau kita berteiak "basmi VCD porno", maka mereka berkata, "kenapa Anda tidak melarang majalah Popular yang telah dulu ada?" Kalau kita berteriak "breidel majalah Popular", maka mereka berkata,"kenapa Anda tidak melarang bla bla bla..." Demikian seterusnya. Ini benar-benar argumen yang tidak mutu!
Lagipula, argumen seperti ini seolah-olah menuding para anti pornografi sebagai pihak yang memberikan iklim yang kondusif terhadap maraknya pornografi. Kalimat "berantas dulu VCD porno" dan sebagainya, sepertinya memperlihatkan bahwa mereka sedang lupa satu hal: Yang seharusnya memberantas hal-hal seperti itu adalah pihak kepolisian, dan pemerintah.
Nanti kalau ada kelompok anti yang melakukannya secara sepihak, misalnya FPI, Anda langsung mencibir lagi. Hehehehehe... Serba salah deh, Anda ini!
Argumen #07:
Anda bilang, pornografi itu meresahkan masyarakat. Masyarakat yang mana?
Toh faktanya, orang yang suka pada majalah porno jumlahnya jauh lebih besar.
Jawaban:
Jika ada 10 orang yang berkumpul, dari 9 di antara mereka mengatakan 1 + 1 = 3, sedangkan yang satu orang mengatakan 1+1 = 2, siapakah yang benar?
Kalau Anda mengatakan "jumlah orang yang doyan majalah porno jauh lebih besar", maka Anda termasuk orang yang setuju bahwa 1 + 1 = 3. Anda hanya melihat kebenaran berdasarkan suara terbanyak. Padahal suara terbanyak belum tentu benar.
Argumen #08:
Itu semua tergantung moral orangnya, kok. Kalau otaknya sudah ngeres,
lihat kambing aja bisa langsung birahi. Apalagi lihat majalah porno.
Jawaban:
Sepertinya kita terbiasa untuk melihat masalah secara tidak
proporsional. Ada wanita yang berpakaian seksi dan mencoba menggoda pria
lewat penampilannya yang merangsang itu. Dan ketika ada pria yang
mengusilinya, kita semua menyalahkan si pria. Sedangkan si wanita kita
sebut sebagai orang modern karena penampilannya mengikuti perkembangan
jaman.
Kita hanya terbiasa menyalahkan orang yang terjebak melakukan kesalahan.
Ini benar-benar tidak adil. Seharusnya, kedua pihak harus disalahkan. Si
penggoda salah, di tergoda juga salah.
Jadi ketika ada orang yang berpikiran mesum setelah membaca Playboy,
apakah kita hanya menyalahkan orang tersebut dan tidak menyalahkan Playboy? Hihihi.. betapa tidak adilnya dunia ini!
Argumen #09:
Di negara-negara yang sangat permisif terhadap pornografi, kehidupan
mereka normal-normal saja kok.
Jawaban:
Negara mana yang anda maksud? Amerika? Coba tengoklah lebih dekat. Budaya kumpul kebo di sana telah membuat tatanan kehidupan mereka hancur lebur. Banyak anak yang tidak tahu siapa orang tuanya. Banyak orang yang kesepian karena tidak punya pasangan hidup yang setia. Mereka sepertinya baik-baik saja. Tapi coba Anda simak
kehidupan mereka lebih dekat. Janganlah Anda terbuai oleh indahnya film2
hollywod.
Argumen #10:
Playboy dan majalah porno lainnya hanya untuk konsumsi 21 tahun ke atas.
Jawaban:
Oh, apakah ini berarti: hanya orang yang berusia di bawah 21 tahun yang
akan dikenai dosa jika membaca media porno? Apakah orang yang berusia 21
tahun ke atas bebas dari dosa-dosa seperti itu?
Argumen #11:
Masalah dosa dan agama, itu urusan pribadi masing-masing. Jangan
bawa-bawa agama dalam hal ini. Lagipula, yang menentukan dosa itu kan
Tuhan, bukan kamu.
Jawaban:
Kalau agama adalah urusan pribadi masing-masing, kenapa harus ada ulama
atau ustadz? Apakah salah jika kita menasehati orang lain untuk berbuat baik dan
meninggalkan hal-hal yang tidak baik?
Kalau Anda berkata itu tidak baik, maka Alebih baik kembali ke masa
SD dan memarahi para guru Anda yang telah memberikan Anda pelajaran budi
pekerti dan sebagainya.
Dalam konteks tertentu, agama memang urusan pribadi. Tapi setiap
penganut agama juga berkewajiban untuk saling mengingatkan dengan
saudara-saudaranya yang lain.
Soal dosa, memang itu ditentukan oleh Tuhan. Tapi Tuhan juga telah
memberikan penjelasan lewat kitab suci bahwa pornografi itu dosa. Apakah
ini belum jelas bagi anda?
Argumen #12
Batasan porno itu kan relatif!
Jawaban:
Kalau Anda seorang muslim, coba Anda baca Al Quran. Di sana sudah
dijelaskan dengan amat tegas mengenai aurat dan sebagainya.
Argumen #13
Sudahlah, biarkan saja pornografi beredar. Yang penting kita bisa
mengendalikan diri, tidak ikutan menikmati!
Jawaban:
Dari segi pribadi, Anda benar. Tapi apakah Anda tidak peduli pada
masyarakat umum yang tidak bisa mengendalikan diri?
Atau jika Anda tidak peduli pada mereka, apakah Anda tidak peduli pada
anak, ponakan, dan saudara-saudara anda lainnya? Apakah Anda yakin,
mereka juga bisa mengendalikan diri seperti Anda?
Terimakasih dan wassalam, JONRU.
***
Jadi itulah sedikit dari berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh mereka yang mengaku (atau tidak) sebagai penikmat pornografi. Kalau memang pembaca adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada niat untuk menyelamatkan kita sendiri, anak-anak kita dan keluarga dari bahaya pornografi ini, maka sudah selayaknya untuk menyebarkan pesan-pesan ini kepada teman-teman kita.
Untuk teman-teman yang seide, diharapkan dengan adanya ini semakin menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Tentunya juga ini berguna buat teman-teman yang secara alami memang tidak atau belum bisa berbicara di depan umum dan tidak mampu untuk berdebat ataupun sekadar berbicara atau menjawab argumen sedikit kepada lawan bicara.
Dan untuk teman-teman yang pro pornografi, maka diharapkan pula dengan adanya jawaban-jawaban yang ada di sini, tidak sekadar terdiam seribu bahasa karena tercekik kulit buah durian mendapatkan jawaban yang telak itu, namun pencerahan dan kesadaran itulah yang kita harapkan dari mereka. Tentunya bila Allah berkehendak, yang penting kita telah berupaya semaksimal mungkin.
Allohua’lam.
riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
10:41 21 Januari 2006
No comments:
Post a Comment